MERUYA ILIR, JAKARTA – 23.00 WIB Jason sedang berjalan melewati suatu jalan sepi di daerah dekat kompleks perumahannya. Motornya sedang diperbaiki di bengkel, sehingga ia terpaksa pulang dengan angkutan umum. Hal ini sangat dibencinya sebab ia merasa capek jika harus berjalan kaki sampai mendapatkan angkutan umum yang harus ia naiki. Di malam hari Perumahan Kavling DKI tampak begitu sepi. Jalan-jalannya gelap dan banyak pepohonan di sekitarnya. Tampak di depannya sebuah warung remang-remang. Perlu keberanian lebih baginya untuk melewati warung tersebut sebab ia melihat ada sekelompok pria yang terlihat seperti preman. Tidak ada jalan lain untuk dilewatinya, sehingga ia terpaksa melewati warung tersebut dengan perasaan tidak enak. “Tong, mau kemana lo?”, tiba-tiba seseorang menyapanya. Jason pun berbalik dan berhadapan dengan pria yang menyapanya. Pria tersebut berpenampilan acak-acakan. Umurnya mungkin sekitar 30-an. Badannya tinggi menjulang dengan otot-otot yang tampak proporsional. Kulitnya gelap dan rambutnya dipotong pendek tanpa bentuk yang jelas. Betul-betul membuat Jason ketakutan. “Mau pulang, bang.”, jawab Jason dengan takut. “Pulang ke mana? Ikut gue dulu yuk?!” ”Ke rumah saya, bang.”, jawab Jason. Dengan takut ia juga bertanya, ”Ikut ke mana, bang?” ”Udah, ga usah banyak tanya.”, jawab pria tersebut sambil meraih lengan Jason. Tidak ada satu kata pun yang dapat keluar dari bibir mungil Jason. Ia menurut saja dibawa oleh pria tidak dikenal tadi. Jason dibawanya ke warung remang- remang yang baru saja dilewatinya. Di sana tampak pria-pria lain tersenyum padanya. Jason pun merasa bingung dan canggung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
”Siapa tuh, Man?”, tanya seorang pria umur 40-an pada pria yang membawa Jason. Ternyata pria yang membawa Jason tadi bernama Rahman. ”Anak orang nyasar.”, jawab Rahman. ”Jang, kamar dibuka ga?” tanyanya pada pria di belakang warung. ”Buka. Masuk aja.”, jawab Ujang. ”Ayo!!” ajak Rahman sambil menarik lengan Jason. ”Mau ngapain, bang?” tanya Jason dengan kebingungan dan takut. ”Ntar lo juga tau.” Bagai tersihir, Jason menuruti perintah Rahman dan masuk ke suatu ruangan kecil di belakang warung tadi. Ruangan tersebur adalah kamar tidur kecil dengan satu kasur kapuk dan satu lemari kecil. Bau bekas asap rokok menyebar di seluruh kamar tersebut. Braaaaak!! Jason mendengar pintu kamar tertutup dan ia pun panik. Ia memohon pada Rahman agar ia dapat keluar dari kamar itu. Namun Rahman tidak menggubrisnya dan malah menjambak rambut Jason. Tubuh remaja 18 tahun itu dibanting ke atas kasur dan kemudian ditindih oleh tubuh besar Rahman. Baju yang melekat pada kulit putih mulusnya dilepas dengan paksa. Jason berusaha melawan sekuat tenaga, tetapi Rahman jelas lebih kuat daripada Jason. Akhirnya Jason menyerah dan hanya bisa berteriak. ”Bang, jangan. Gue mau diapain? Tolong!” teriak Jason ”Berisik lo! Terserah gue mau gue apain lo! Lo milik gue sekarang! Haha!” balas Rahman sambil tertawa penuh nafsu Kini tubuh Jason tidak tertutupi oleh sehelai benang pun. Penisnya yang tidak bersunat berusaha ia tutupi dengan tangannya. ”Wah. Lo belum disunat ya? Bikin gue sange berat lo! Bentar lagi lo bakal gue entotin!” Mendengar kata-kata Rahman membuat Jason bertambah takut. Ia berpikir bahwa dirinya akan diperkosa oleh tubuh kekar Rahman. Ia tidak pernah membayangkan akan mengalami hal seperti ini. Tubuh Jason langsung dipeluk dan bibirnya dilumat habis dengan penuh nafsu. Jason tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Percuma baginya untuk teriak minta tolong sebab sepertinya teriakannya tidak digubris oleh orang-orang yang ada di luar kamar tersebut. Ia merasa tidak akan ada orang yang akan menolongnya. Ia hanya bisa berusaha agar Rahman berhenti menyentuh tubuhnya. Dilepasnya pelukan Rahman pada Jason. Hal ini membuat Jason sedikit lega. Namun Rahman malah memberikan senyum mesumnya kepada Jason. Sambil melepas satu per satu baju yang dipakainya, ia berkata ”Sebentar lagi gue bakal mengobok-ngobok tubuh lo.”

Dilepasnya pelukan Rahman pada Jason. Hal ini membuat Jason sedikit lega. Namun Rahman malah memberikan senyum mesumnya kepada Jason. Sambil melepas satu per satu baju yang dipakainya, ia berkata ”Sebentar lagi gue bakal mengobok-ngobok tubuh lo.” Rahman sudah telanjang bulat. Penis 18 cm x 3 cm miliknya mengacung dengan perkasanya di hadapan wajah imut Jason. Rahman memaksa agar Jason membuka mulutnya dan memasukkan penisnya dengan paksa ke dalam mulut mungil Jason. ”Buka mulut lo!” ”Ga mau, bang. Gue ga mau. Tolong.” jawab Jason lirih. “Hueeek!” Jason merasa mual saat penis Rahman menyodok mulutnya dengan paksa. Penis itu tidak bisa masuk sepenuhnya ke dalam mulut Jason. Rahman memaksa agar penisnya masuk seluruhnya dengan menyodok paksa mulut Jason hingga akhirnya ia mengocok penisnya di dalam mulut anak itu. Rambut Jason dijambak dan kepalanya dimain-mainkan. Sudah lebih dari 20 menit Rahman mengentoti mulut Jason. Ia kemudian menjatuhkan dirinya dan menindih Jason yang sudah lemas, lalu mendaratkan ciumannya ke mulut Jason. Ciumannya lalu turun ke leher Jason dan meninggalkan bekas cupang di seluruh leher putihnya. Kedua puting Jason tidak luput dari sasaran bibir Rahman. Secara bergantian puting-puting tersebut dijilati dan digigit. Jason hanya bisa mengerang sambil menutup mata. Ia berusaha menolak kenikmatan yang diberikan oleh Rahman. Bibir Rahman turun ke perut Jason dan meninggalkan banyak bekas cupang di sana. Tubuh Jason menggelinjang dan ia pun mulai terangsang. Dirinya tidak dapat menolak libido yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Penisnya pun mulai ereksi dan sedikit mengeluarkan precum. ”Wah, tegang juga nih kontol lo.” ucap Rahman saat mengetahui Jason mulai ereksi. Jason tidak berkata apa-apa. Ia sendiri malu dan berusaha menutupi penis 15 cm x 2 cm miliknya yang tengah ereksi tersebut. Dengan kasar Rahman menyikirkan tangan Jason dan menguncinya di atas kepala Jason. Dikocoknya penis Jason hingga Jason pun menggelinjang dan tak lama kemudian ia memuncratkan pejuhnya. Crot! Crot! Crot! Crot! ”Gue ga suka orang yang gue entotin ngaceng kaya cowo. Selama lo gue entotin, kontol lo ga boleh ngaceng!” ancam Rahman Jason tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian Rahman mengangkat kedua kaki Jason dan menggesekkan penisnya tepat di atas lubang anus Jason. Sedikit demi sedikit precum Rahman mulai membasahi liang anus milik Jason dan dengan sedikit hentakan ia memaksa penisnya agar masuk ke dalam anus Jason. ”Aaaaaah! Sakit! Ampun, bang! Jangan!” teriak Jason ”Diem lo! Kalo lo teriak, bakalan gue bikin tambah sakit!” Awalnya kepala penis Rahman terasa sulit untuk masuk. Rahman menghentakkan sekali lagi batang penisnya dan seperempat penisnya mulai memasuki lubang sempit milik Jason yang masih perawan. ”Anjing! Seret banget. Aaah!” ”Ampun, bang.” Dihentakkannya lagi penis Rahman dengan sangat keras dan akhirnya seluruh penis Rahman berhasil masuk ke dalam lubang tersebut. Darah mulai menetes dari anus Jason. Rasa perih tidak tertahankan dirasakan oleh Jason karena robeknya otot anus akibat sodokan paksa Rahman. Tubuhnya benar-benar lemas. Ia kini hanya bisa pasrah dan berharap semua ini selesai dengan cepat. Melihat Jason yang sudah tidak berdaya, Rahman tersenyum dan mulai menggenjot anus Jason. Penisnya keluar-masuk dengan ritme tetap dan cepat. Jason hanya bisa menahan perih pada anusnya, tanpa perlawanan ia menyerahnya keperawanannya pada Rahman. ”Hosh. Hosh. Hosh. Hosh. Hosh. Hosh. Hosh. Hosh. Anus lo sempit banget. Bener-bener masih perawan.” Kemudian tubuh Jason diposisikan miring dengan kaki kanan Jason berada di pundak kanan Rahman. Rahman tetap menjaga ritme sodokannya dan terkadang mempercepatnya. Jason mulai merasakan ada hal yang aneh dalam tubuhnya. Sodokan penis Rahman telah mengenai suatu organ dalam tubuhnya dan hal itu membuatnya menggelinjang keenakan. Perlahan-lahan penisnya pun tegang kembali. Melihat penis Jason yang mulai tegang, Rahman menghentikan sodokannya dan mencabut penisnya. ”Siapa yang nyuruh lo ngaceng?” tanya Rahman ”Eh, ga ada, bang.” jawab Jason yang baru tersadar Kemudian Rahman menggenggam penis Jason dan menekuknya hingga Jason berteriak kesakitan. ”Aaaah! Sakit, bang!” ”Kontol lo bakal gue patahin kalo lo masih ngaceng juga! Tidurin ga?!” ancam Rahman Lama-kelamaan penis Jason mulai menciut dan berhenti menegang. Rahman lalu berjalan ke lemari dengan kontol yang masih tegang dan belepotan darah. Ia mengambil tali rafia dan kembali menghampiri Jason. Diikatnya penis Jason yang tertidur dengan tali tersebut dan disimpul dengan sangat kuat. Jason pun merintih kesakitan. ”Ini biar penis lo ga ngaceng!” Rahman kembali mengentoti anus Jason. Kali ini tubuh Jason ditengkurapkan dengan pantat menungging. Penisnya terasa ngilu karena diikat dengan tali. Dari belakang Rahman menyodok pantat Jason dengan tiba-tiba. ”Aaaah!” teriak Jason Rahman pun mempercepat sodokannya sambil memeluk Jason dari belakang dan mencupang leher Jason dengan ganas. Jason mulai merasakan libidonya naik lagi, tetapi terhenti karena ikatan pada penisnya membuat darah tidak dapat mengalir, alih-alih malah membuat Jason semakin merasa ngilu. Rahman sudah 25 menit mengentoti Jason dengan berbagai gaya. Jason sendiri sudah lemas karena penisnya tidak bisa ereksi dan badannya sudah pegal-pegal. Kemudian Rahman mencabut penisnya yang masih ereksi dan menjambak rambut Jason lalu menyeretnya ke arah pintu kamar. Pintu itu dibuka dan orang-orang yang ada di warung tersebut melihat ke arah pintu dimana tubuh telanjang Rahman dan Jason berada.

Rahman sudah 25 menit mengentoti Jason dengan berbagai gaya. Jason sendiri sudah lemas karena penisnya tidak bisa ereksi dan badannya sudah pegal-pegal. Kemudian Rahman mencabut penisnya yang masih ereksi dan menjambak rambut Jason lalu menyeretnya ke arah pintu kamar. Pintu itu dibuka dan orang-orang yang ada di warung tersebut melihat ke arah pintu dimana tubuh telanjang Rahman dan Jason berada. ”Liat ni entotan gue!” kata Rahman Ditariknya tubuh lemas Jason dan diangkatnya. Kemudian dimasukkannya lagi penis Rahman. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia mengentoti Jason sambil berdiri dengan anus Jason menghadap ke pengunjung warung. ”Gila kau! Masa lagi ngetot aja harus ditunjukin?” komentar salah seorang pengunjung warung. Rahman mempercepat kentotannya dan tak lama kemudian ia memuntahan pejuhnya di dalam perut Jason. Crot! Crot! Crot! Crot! Jason merasakan perutnya hangat dan bibir anusnya menjadi panas. Saat Rahman mengeluarkan penisnya, lendir pejuh bercampur darah kental keluar dari anus Jason yang menganga. Rahman menyodorkan penisnya ke mulut Jason. ”Jilatin kontol gue!” ”Ga mau, bang. Kan kotor.” Dipaksanya mulut Jason agar mau membersihkan sisa-sisa pejuh dan darah. Jason merasa mual dan tidak tahan mencium aroma penis Rahman tersebut. Melihat adegan itu, pengunjung warung mulai mendekati Rahman dan Jason. Ternyata mereka semua adalah pria-pria yang menyukai seks sesama jenis meskipun beberapa ada yang sudah beristri. Jason yang sedang mengulum penis Rahman langsung ditarik oleh seorang pria yang tampaknya seumuran dengan Rahman. ”Gantian dong! Lu kan udah merawanin.” kata pria tersebut ”Kasih dah! Gue juga udah puas. Kontolnya dibebasin tuh! Tadi gue iket.” jawab Rahman sambil berjalan ke arah kamar mandi ”Gila. Kontol pake diiket segala. Wuih! Kaga disunat! Putih mulus lagi!” kata pria lainnya sambil membuka tali ikatan pada penis Jason Jason langsung diangkat dan dibawa ke dalam kamar tadi oleh empat orang pria pengunjung warung. Ujang, si pemilik warung, menutup warungnya dan ikut masuk ke dalam kamar. Jadilah Jason yang masih terkulai lemas tak berdaya dikerjai oleh lima orang pria penuh nafsu yang siap menghajarnya. Bibir merah mungilnya dicium oleh seorang pria berjenggot. Lehernya digigiti dan dicupang oleh Ujang. Puting kirinya dihisap pria pertama kali menariknya. Puting kanannya digigiti pria yang membuka tali ikatan pada penisnya dan punggungnya dijilati oleh pria berbadan paling kekar di antara mereka. Jason yang masih lemas tidak tahan dengan ulah kelima pria tersebut. Ia menggelinjang dan mendesah. Tangannya meremas-remas kasur yang didudukinya. Penisnya mulai menegang hebat. ”Nih anak nafsuin banget dah! Bibirnya makin merah kalo gue kenyot.” ”Teteknya juga imut banget! Kenyal-kenyal kalo digigit.” ”Liat dong cupangan gue di lehernya. Dahsyat ga tuh?” Satu per satu mereka mengomentari aksi mereka pada tubuh Jason. Mereka juga melepas pakaian mereka dan terlihatlah penis-penis tegangan penuh yang siap tempur. Ahmad, pria berjenggot yang menciumi bibir Jason, memiliki penis berukuran 18 cm x 2.5 cm dengan sedikit rambut kemaluan menutupi sepertiga dari panjang penisnya. Ujang memiliki penis berukuran 17 cm x 3 cm. Sementara itu dua pria lainnya, Dadang dan Beni, memiliki penis berukuran 17 cm x 3 cm dan 17 cm x 3.5 cm. Saiful, pria paling kekar di antara mereka, memiliki penis berukuran 18 cm x 3.5 cm. Jason tampak ketakutan melihat benda-benda perkasa tersebut di hadapannya.