rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Selasa, 05 April 2011

Menjelang Pernikahan Mas Randy (1,2)

“Ndre, abis sekolahan langsung balik ya, jangan kemana-mana lagi” pesan Nyonya Vera pada anaknya, Andre, yang masih duduk di kelas 3 SLTP melalui hand phone.
“Kenapa emangnya Ma?” tanya Andre.
“Thomas gak ada temennya tuh di rumah. Mama dan dan Tante Serly mau belanja untuk kebutuhan pesta Mas Randy nih,”
“Lho, kan ada Papa dan Om Darwin di rumah,” sambung Andre lagi.
“Papa dan Om Darwin katanya akan ke rumah Om Dani, membicarakan persiapan untuk resepsi, Pokoknya kamu cepat ulang ya. Thomas kan deket sama kamu. Kalian bisa maen gim di rumah. Pokoknya cepat pulang deh, Mama udah mau pergi nih, entar kesorean, bla…bla…..,” kata-kata Mamanya udah gak didengerin Andre lagi. Dia agak kesal juga, rencananya untuk maen dengan teman-temannya sepulang sekolah, gagal total.
Mau gak mau dia memang harus pulang nemenin Thomas, sepupunya. Meski kesal, Andre gak mau pusing denger omelan Mamanya karena dia tidak mengikuti apa yang dipesankan oleh Mamanya tadi. Maka, begitu bel tanda usai pelajaran berbunyi Andre segera pulang.
“Pak Darman, langsung pulang aja deh,” katanya pada sopir yang menjemputnya.
“Gak maen dulu Mas?” tanya Pak Darman, sopirnya.
“Mau maen gimana Pak, bisa kena omelan Mama entar. Thomas di rumah gak ada yang nemenin,” jawabnya kesal.
Tak bertanya lagi Pak Darman segera melajukan mobil menuju rumah keluarga Andre di kawasan Pondok Indah.
Thomas adalah anak semata wayang Om Darwin, adik Papanya dengan Tante Serly. Mereka baru tiba Hari Minggu kemaren dari Surabaya. Dalam rangka pernikahan Mas Randy Hari Minggu depan dengan Mbak Tania, Mama meminta Tante Serly untuk membantunya mempersiapkan acara pernikahan itu. Karena itu Om Darwin dan keluarga akhirnya datang ke Jakarta. Om Darwin terpaksa harus cuti seminggu karena itu. Sedangkan Thomas izin dari sekolah. Karena di Surabaya tidak ada yang menjaganya.
Thomas sebaya dengan Andre. Biasanya kalau keluarga ngumpul memang mereka selalu bersama-sama. Soalnya sepupu yang lain sudah lebih tua dari mereka. Rata-rata sepantaran dengan Randy, kakak Andre satu-satunya. Andre dan Randy memang terpaut jauh umurnya. Hampir 12 tahun.
Tak lama mobil yang membawa Andre tiba di rumah. Pak Darman segera memarkirkan mobil ke dalam garasi.
“Lho, Mas Randy ada di rumah ya Pak Darman?” tanya Andre pada sopirnya. Soalnya di garasi dia melihat mobil kakaknya itu parkir.
“Gak tau Mas Andre, tadi waktu Bapak pergi ke sekolah, Mas Randy gak ada tuh di rumah,” jawab Pak Darman.
Tak bertanya lagi Andre segera masuk ke rumah. Menuju kamarnya. Biasanya Thomas sedang main gim disana. Di kamarnya dia tak menemukan Thomas. Kamarnya kosong tak ada orang. Yang ditemukannya adalah peralatan gimnya yang berantakan. Mungkin tadi Thomas sempat bermain gim di kamar.
Setelah melemparkan tas sekolahnya ke ranjang dan membuka sepatu sekolahnya, Andre keluar kamarnya untuk mencari Thomas. Dia menuju dapur, pikirnya siapa tau Thomas sedang makan disana.
Di dapur juga tak ditemukannya Thomas. Yang ada hanya Mbok Jum, pembantu rumah, yang sedang mencuci piring.
“Liat Thomas Mbok?” tanya Andre.
“Tadi makan disini, lima belas menit lalu bareng Mas Randy. Mungkin ke kamarnya Mas Randy. Soalnya tadi Mas Randy ngajak Mas Thomas liat pilem di kamarnya. Katanya ada pilem bagus, baru dipinjemnya,” jawab Mbok Jum.
“Mas Randy gak ngantor Mbok Jum?” tanya Andre lagi.
“Katanya udah ambil cuti Mas, sejak hari ini sampe dua minggu ke depan,” jawab Mbok Jum.
Andre segera menuju kamar Mas Randy. Kamar kakaknya itu terpisah dari bangunan induk rumah. Letaknya dibelakang, seperti pavillyun. Kalau Mas Randy mau pergi atau pulang tanpa melalui bangunan induk rumah juga bisa. Karena ada jalan yang menghubungkan kamarnya dengan garasi.
Pintu kamar Mas Randy tertutup. Gordyn biru menutupi jendela kaca kamar itu. Lagi nonton pilem apa sih? Kamar kok sampe di tutup-tutup kayak gitu? Tanya Andre dalam hati. Andre segera mendekati pintu kamar. Saat tangannya bermaksud memutar gerendel pintu, tiba-tiba didengarnya suara erangan dari dalam kamar itu.
Itu kan suara erangan Mas Randy, gumam Andre dalam hati. Pikiran mesum muncul di kepalanya. Jangan-jangan Mas Randy lagi ngentot sama Mbak Tania nih. Kesempatan lagi orang gak ada di rumah. Soalnya memang sering Andre memergoki Mas Randy ngentot dengan Mbak Tania di kamar itu. Malah, bukan hanya dengan Mbak Tania. Beberapa kali Mas Randy juga pernah membawa perempuan lain selain Mbak Tania, untuk ngentot di kamar itu. Biasanya atraksi ngentot yang dilakukan Mas Randy bertepatan pada saat Mama dan Papa Andre sedang tidak ada di rumah.
Andre segera menuju celah tempat biasanya dia mengintip Mas Randy. Celah itu adalah jendela kecil yang ada di kamar Mas Randy. Jendela kecil itu memang tidak pernah di kunci oleh Mas Randy, paling hanya di rapatkan saja.
Andre tak pernah ketahuan mengintip dari celah itu. Soalnya Mas Randy kalo ngentot suka gila-gilaan. Tak peduli dengan sekitarnya. Kadang Andre berfikir, jangan-jangan bukan dia saja yang sudah tau kegiatan mesum yang sering dilakukan Mas Randy di kamar itu. Pembantu rumah bukan tak mungkin sudah mengetahuinya juga. Soalnya kalau sudah orgasme Mas Randy suka menjerit tak terkontrol. Membayangkan apa yang akan dilihatnya di dalam kamar, membuat kontol Andre yang lumayan gede itu segera ngaceng.
Dari celah jendela itu, Andre memandang ke dalam kamar Mas Randy. Pandangannya langsung berumbuk pada tubuh telanjang Mas Randy yang sedang telungkup menindih seseorang. Pantatnya memompa maju mundur dengan cepat. Tubuh Mas Randy yang putih bersih dan kekar itu, basah oleh keringat yang membanjir.
Astaga!!!!!!! Andre terhenyak. Seperti disambar geledek, ia kaget dan tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya.
Bukan Mbak Tania yang sedang di tindih oleh Mas Randy. Bukan pula perempuan lain. Tubuh putih bersih yang sedang telungkup diatas ranjang dan sedang ditindih rapat oleh Mas Randy itu adalah tubuh Thomas, sepupunya!
Sepupunya yang ganteng dan bertubuh langsing atletis itu dilihatnya sedang meringis-ringis sambil mengerang-erang kuat. Sementara diatasnya Mas Randy terus memompa pantatnya dengan gerakan menghentak-hentak kuat. Menimbulkan bunyi tepukan yang cukup kuat akibat pertemuan buah pantat Thomas dan paha Mas Randy yang kokoh.
Andre melotot tak berkedip melihat aksi kakak dan sepupunya itu. Kontolnya dirasakannya semakin ngaceng. Tubuhnya bergetar menahan gairah. Tangannya mulai meremas selangkangannya sendiri. Andre terangsang melihat aksi persetubuhan itu.
Diatas ranjang Mas Randy masih terus memompa pantatnya. Mengeluar masukkan kontolnya yang besar ke lobang pantat Thomas. Sementara kedua tangan Thomas melingkar kebelakang, memegang bongkahan pantat mas Randy, meremas-remas.
“Ohhhh…ohhhhh…Thomasshhhhhh….enak bangethhhhh…….sempithhhhhh…bangethhhhh….lobang pantathhhmuhhhh……,” racau Mas Randy.
“Mas Randyhhhhh….goyang yang keras Mashhhhh….yang keras Mashhhhhhh…..oh..gituhhhhh Mashhhhhh……,” racau Thomas.
“Kamu suka Thomashhhhh….kamu sukahhh…….kamu sukahh kontolku dalam pantamuhhh…ohh….sepupu mungilkuhhh…yang tampanhhh…ohhh….,” racau mas Randy.
“Sukahhh….ohkkkk…..sukahhh…bangethhhhhhh….Mashhhhhh…….kontol Mash Randyhhh…gedeh Mashhhhhh….rasanya pol di dalam Mashhh……okhhhhhh…….,” racau Thomas.
“Kamuh kesakitanhhh akhhhhhh….kesakitankahh……Thomashhh…,” racau Mas Randy.
“Gakjhhhh…gakhhhhh lagihhh Mash….enakhhhh….enak…..terusin Mashhhhhh…terushhhhhh…,” racau Thomas.
Andre semakin gila mendengar percakapan mesum kakak dan sepupunya itu.
“Enak bangethhh…ohhh….enak bangethhhh…..enak banget…Thomasssshhhhh…,” racau Mas Randy.
“Enak manah…enak manah….sama memekhh Mbak Taniah…ohhhhh….enak manahh Manasssshhhh?” racau Thomas.
“Enak pantat kamu Thomas, ahhhhh, enak pantat kamu sayang…ohh..oh…oh…oh…,” racau Mas Randy.
Demikianlah seterusnya. mas Randy terus memompa kontolnya di lobang pantat Thomas, hingga akhirnya dia menumpahkan spermanya di lobang pantat itu.
Setelah Mas Randy usah dengan hasratnya gantian Thomas yang menyetubuhi Mas Randy. Mas Randy telentang mengangkang di ranjang sedangkan Thomas menggenjotnya dari atas menelungkup. Sambil ngentot mereka berciuman mesra.
“Ohh…Thomasshhhhhhhh…enak banget Thomashhhhh….aku gak pernah nyangkahhhh….dientot ternyata enak bangethhhhhh…ohhh…,” racau Mas Randy keenakan.
“Mas Randyhhhh…lobang pantat Mashhh sempit banget..njepit kontolku Mash…enak bangethhh…,
Setelah beberapa saat akhirnya Thomas orgasme juga. Tubuhnya segera roboh diatas tubuh Mas Randy. sementara di luar kamar Andre juga memuncratkan spermanya. Banyak sekali.
Tamat
Ini hanya sekadar cerita selingan. semoga yang baca seneng. kalau tidak ada alur dalam cerita ini ya maklumi aja deh. cerita ini cuman sekadar bantu yang baca untuk membangkitkan birahinya sambil coli. hehehe

Acara pemberkatan pernikahan Mas Randy akan dilangsungkan di gereja pukul sepuluh pagi ini. Andre melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya, masih pukul delapan, tapi mamanya sudah sibuk menyuruhnya dan Thomas untuk bersiap-siap sejak pukul tujuh tadi. “Ayo jas hitamnya dipakai sekarang. Kalian kan pengiring pengantin prianya. Kalo gak siap-siap dari sekarang entar repot deh. Ayo dong, dipakai jasnya sekarang,” kata mamanya tadi, dengan suaranya yang nyaring.
Sebenarnya Andre malas menggenakan pakaian jas. Badannya suka cepet keringetan. Tapi karena dia dan sepupunya, si Thomas, ditugaskan untuk menjadi pengiring pengantin pria, mau gak mau pakaian jas warna hitam dipakainya juga.
Andre mematut-matut dirinya di depan cermin besar dalam kamar. Meski gerah, penampilannya jadi oke sekarang. Dia merasa semakin ganteng dalam setelan jas hitam itu. akhirnya dia senyum-senyum sendiri. Ge er dengan penampilannya.
Model jas Andre persis sama dengan yang dikenakan Thomas. Bahan, warna dan modelnya sama. Papanya dan Om Darwin juga sama jasnya dengan yang dikenakan Andre. Hanya Mas Randy yang berbeda. Jas Mas Randy bentuknya seperti tuxedo yang bagian belakangnya lebih panjang dari depannya.
Andre tersadar kalau Thomas tak ada lagi didekatnya. Karena kegeeran sendiri mengagumi penampilannya dia tak sadar sepupunya itu sudah meninggalkannya sejak tadi.
Andre meninggalkan kamar, mencari sepupunya itu. Sepupu yang pernah dipergokinya sedang ngentot dengan Mas Randy, kakaknya, beberapa hari lalu. Andre jadi teringat kembali peristiwa itu. “Ihhh.. ada-ada aja deh Mas Randy itu. Si Thomas laki-laki diembat juga. Si Thomas juga edan. Masak dia mau ngentot dengan Mas Randy sih?” katanya dalam hati. Tapi meski gitu Andre bingung juga pada dirinya sendiri. Karena waktu ngelihat mereka ngentot, dia terangsang juga.
Semua orang seisi rumah sedang sibuk sendiri. Andre nanya ke mamanya dan tantenya dimana Thomas berada malah kena marah. Akhirnya dia mencari Mbok Jum, pembantunya.
“Thomas kan tadi dimintai tolong Mas Randy buat ngerapihin pakaiannya Mas,” kata Mbok Jum. “Coba liat di kamarnya Mas Randy deh,” petunjuknya.
Minta tolong ngerapihin pakaian? Masak Mas Randy gak bisa sendiri? Pikir Andre. Sedangkan dia yang masih duduk di bangku kelas 3 SLTP aja bisa beresin pakaian sendiri. Pikiran kotor pada kakaknya itu langsung muncul. Jangan-jangan mereka lagi entot-entotan kayak kemarin lagi. Bayangan pergumulan Mas Randy dan Thoimas kembali muncul di benaknya.
Bergegas, Andre menuju kamar Mas Randy. Sasarannya, tempat biasanya dia ngintip. Eng ing eng. Begitu matanya dapat melihat pemandangan dalam kamar, kepalanya menggeleng-geleng. Dugaannya benar. Pemberkatan tinggal hitungan beberapa jam saja, tapi kakaknya itu masih menyempatkan juga untuk mengentoti sepupunya, si Thomas. Di dalam kamarnya. Diatas ranjangnya yang sudah dihias menjadi ranjang pengantin!
“Dasar edan,” guman Andre. Matanya melotot melihat apa yang sedang dilakukannya kakaknya itu dengan sepupunya. Keduanya mengentot diatas ranjang dengan pakaian lengkap. Sepatu hitam berkilat masih melekat di kaki mereka. Hanya saja pipa celana panjang mereka berdua dilepas dari kaki yang sebelah kiri. Soalnya kalau enggak di lepas, mana bisa mereka mengangkat kaki kiri lebar-lebar ke atas seperti aksi mereka saat ini.
Mas Randy berbaring di belakang Thomas. Kaki kirinya terangkat ke atas menekuk sejajar dengan kaki Thomas yang dipeganginya dengan tangan kirinya. Pantatnya bergerak-gerak cepat maju mundur. Kontolnya yang besar dan mengkilat karena basah, keluar masuk lobang pantat Thomas yang sempit. Keduanya mengerang-erang dan meracau tertahan. Mungkin takut suara erangan mereka terdengar keluar. Kalo kedengaran emang bahaya. Soalnya isi rumah kan lagi rame.
“Mas Randyhhh oohhh.. Mashhhh enjot yang kerasshh Mashhh…,” kata Thomas.
“Iyah Thomasshhh hehhh heehhhh… rasakan inihh…,”
“Ohhhh… enak banget Masshhh… ohhh…. Mas Randyhh doyan yahhh sama pantat Thomashhsshhhh.. ahhh… ahhh.. doyan yahh..?”
“Doyan banget Thomasshhh.. doyan bangethhh…Mas Randyhh mau entotin Thomasshh tiap hari dehh.. ohhhh..,”
“Ohhhh…ohhh… terus Mbak Taniahh ssshhhh gimanahh ? Ssshhh..,”
“Mbak Taniah kalo malem.. ohhh… Thomashhh siang-sianghhhssss..,”
“Thomasshhh pengennyahh malemmm shhh..,”
“Iya Thomas malem jugah ahh ahhh ahhh, kalo Mbak Taniah udah tidur ah ah ah,”
Andre jadi terangsang dengar percakapan dan lihat pergumulan mesum kakak dan sepupunya itu. sama seperti ketika ia pertama kali melihat pergumulan cabul itu. Resleting celana panjang hitamnya diturunkan. Dikeluarkannya kontolnya dari balik celana dalam putihnya. Kontol itu digenggamnya dan dikocok-kocok perlahan.
“Mashhhh ohhhh Masshhhhh……kontol Mas Randyhh gede bangethhhh ohhhh jembutnya juga lebathhh shhhh..shhh… Thomas suka bangethhh sshhh..,”
“Kontol Thomassshhh juga Mas Randyhh sukahhh..ssshh ahhh ahhh ahhh,”
“Tapihhh ahhh shhhh kan masih kecilll sshhhh dan jembutnya tipisshhhh….,”
“Entar kan gedeh sshhh..shhhh..ahhh ahhhh ahhhh ahhhh,”
“Kontol Thomasshhh enakhh Mashh? Ahhhh… ahhh… ahhhh..,”
“Enak banget hhhhhhaahhh.. ahhh….ssshhhh… apalagihhh… ahhh… kalo udahhh sshhhh gedehhh.. ahhh…a ahhh…,”
“Oooohhh Mashhhh…Mashhhhh kerashhh Mashhh.. lebih kerassshhhhh.. ohhhh..,”
Suara hentakan pantat Mas Randy semakin keras terdengar oleh Andre. Begitu juga nafas mereka berdua yang mendengus-dengus tertahan dengan keras. ABG ganteng ini jadi semakin terangsang. Kocokan tangan dikontolnya semakin cepat.
Kembali ke dalam kamar. Thomas tiba-tiba melepaskan kontol Mas Randy dari lobang pantatnya. “Kenapa Thomashhh? Ada apahh?” tanya Mas Randy bingung.
“Shhh… entot Thomas sambil berdiri Mas. Gendong Thomas ya Mas? Thomas pengen dientot sambil digendong Mas Randy. Kayak dulu Mas Randy sering gendong Thomas,” kata bocah ABG itu tersenyum sayang pada kakak sepupunya yang ganteng dan jantan.
“Thomas makin pinter ya. Sampe punya ide begitu. Ya udah sini Mas gendong,” sahut Mas Randy sambil tersenyum juga. Ia segera berdiri dan siap menggendong adik sepupunya yang langsing namun cukup atletis itu.
Dari tempatnya mengintip, Andre bisa melihat Thomas melingkarkan lengannya ke leher kakaknya. Wajah mereka beradu rapat. Bibir mereka menempel, berciuman. Telapak tangan Mas Randy memegang buah pantat Thomas yang putih kemerahan. Buah pantat itu diturunkannya pelan-pelan ke bawah. Kontol Mas Randy masuk sedikit demi sedikit ke lobang pantat Thomas yang terkuak. Membentuk bulatan berwarna kemerahan.
“Ohhhhhhhhh… Mashhhhhhhhhhh………….,” erang Thomas seiring kontol Mas Randy menembus lobang pantatnya.
Setelah kontol itu masuk semua dalam lobang pantat Thomas, hingga jembut Mas Randy yang lebat menempel di buah pantat Thomas, dimulailah persenggamaan kembali. Tangan Mas Randy menggerakkan buah pantat Thomas naik turun sambil pantatnya juga bergerak-gerak perlahan. Kontol Mas Randy bergerak keluar masuk lobang pantat sepupunya itu.
Andre semakin terangsang melihat posisi kakaknya dan sepupunya itu. gerakan pantat dan tangan Mas Randy semakin cepat. Dengusan nafas mereka semakin cepat dan keras terdengar. Andre tak pernah melihat kakaknya itu mengentoti Mbak Tania seliar ini. Apa yang pernah dilihatnya dilakukan oleh Mas Randy saat mengentot Mbak Tania di kamar itu tak lebih dari sekadar saling menindih dan menggerakkan pantat saja. Hingga sperma Mas Randy menyembur di memek Mbak Tania. Gak lebih.
Tapi Mas Randy mengentot Thomas begitu berbeda. Kakaknya itu kelihatan sangat bernafsu. Ia sangat menikmati sekali bersenggama dengan sepupu mereka yang ganteng itu.
Andre tak tahan lagi menahan orgasmenya. Apa yang dilihatnya sangat menggairahkan buatnya. Kontolnya segera menyemburkan sperma. Menempel di dinding dan sedikit di jas hitamnya. “Hohhh…hohhh…hohhhh…,” dengus nafas Andre saat orgasmenya datang. Matanya terpejam. Mulutnya menganga. Tubuhnya keringatan.
Sementara di dalam kamar, persetubuhan masih terus berlangsung. Mas Randy rupanya ingin menyetubuhi Thomas lebih intens lagi. Tubuh Thomas kini dirapatkannya ke dinding. Punggung Thomas menekan di dinding itu. Dengan begitu Mas Randy dapat menyodok lobang pantat Thomas semakin cepat dan keras. Nafas Mas Randy terengah-engah saat menggenjot pantatnya dengan cepat dan keras.
“Ohh.. ohhh…ohhh…ohhh…ohhh… Thomasshhhhh..Masshhh Randyhhh samapaihhh…ahhh…ahhh..,” erang Mas Randy tertahan. Pantatnya mengehntak keras menekan kontolnya dalam-dalam ke lobang pantat Thomas. Tubuhnya bergetar. Pantatnya mengempot. Spermanya menyembur dalam lobang pantat Thomas. Andre yang masih tetap mengintip, melihat pantat kakaknya itu mengkilap karena keringat. Mulut Mas Randy melumat bibir Thomas dengan buas. Setelah beberapa saat berciman keduanya tertawa kesenangan. Puas dengan persetubuhan yang baru saja mereka lakukan.
Lalu Mas Randy menggendong tubuh Thomas ke atas ranjang. Membaringkannya disana, bersisian dengannya yang juga berbaring telentang dengan nafas terengah-engah. Mereka tetap saling emmandang dan tertawa-tawa. Thomas mengangkat kedua pahanya ke atas. Dia sibuk emmeriksa lobang pantatnya yang belepotan sperma Mas Randy. Dengan jari-jarinya dilumurinya sperma Mas Randy merata ke seluruh pantatnya, juga ke buah pelir dan batang kontolnya. Daerah yang dilumurinya sperma itu terlihat mengkilap jadinya.
“Mas Randy, Thomas masih sempat gak buat ngentotin Mas Randy sekarang?’ tanyanya. Mas Randy melihat jam tangannya.
“Masih dong Thomas. Baru jam setengah sembilan kok. Mau dimulai sekarang?” tanya Mas Randy.
“Kalo Mas Randy ngijinin,” katanya.
“Diplomatis banget sih ngejawabnya,” Mas Randy tertawa. “Mau gaya apa? Dimulain aja sekarang. kalau liat-liatan terus, entar waktunya habis,” kata Mas Randy.
Thomas berpikir sejenak. Memikirkan model persenggamaan yang akan dilakukannya bersama Mas Randy. Andre yang sedang mengintip jadi gak sabaran. “Ngapain sih Thomas mikir gitu aja lama,” gerutunya.
“Thomas pengen Mas Randy ngerokok sambil dientotin ama Thomas?”
“Haa?” Mas Randy terkejut. “Kok gitu sih?”
“Iya, pengennya gitu. Ayo dong Mas,” kata Thomas dengan kekakanakan.
“Dasar deh. Thomas kebanyakan nonton bokep ya. Samapai fantasinya sejauh itu,” sahut Mas Randy. Tapi tak urung dilakukannya juga kemauan adik sepupunya itu. Mas Randy memang perokok. Segera dinyalakannya rokok dan diselipkannya di bibirnya yang tipis. “Trus gimana nih?” tanya Mas Randy. Andre sudah tak sabar pengen ngelihat model entotan versi Thomas ini.
“Mas Randy duduk di kursi situ,” katanya. Mas Randy kemudian duduk di kursi yang ada di kamarnya. Thomas melebarkan kedua paha Mas Randy ke kiri dan ke kanan, diatas pegangan kursi itu. Paha Mas Randy jadi mengangkang lebar. Belahan pantatnya jadi terkuak lebar. Mempertontonkan lobang pantatnya yang berbulu, menantang birahi Thomas. Mas Randy menghisap rokoknya dalam-dalam. Kemudian meniupkan asapnya yang tebal ke wajah ganteng Thomas.
Thomas langsung mencium bibir Mas Randy. Berbagi sisa asap yang masih mengepil dari mulut kakak sepupunya yang ganteng itu. kemudian dia menatap belahan pantat Mas Randy yang menganga. Dalam pandangannya belahan pantat Mas Randy jadi begitu indah.
Sekejap kemudian wajahnya sudah bersarang di belahan pantat itu. menjilat-jilat dan menyeruput lobang pantat itu dengan buas.
“Hsssshhhhhh… Mas Randyyhhhh… Thomas suka banget dengan lobang pantat Mas inihhh sshhhhh…..sruppp..,” katanya sambil terus bekerja keras mengerjai lobang pantat Mas Randy. Andre yang mengintip, kembali bangkit birahinya melihat aski sepupunya itu. Tangannya kembali mengocok kontolnya.
Mas Randy terus merokok sambil merem melek keenakan dikerjai Thomas. Kontolnya berdiri tegak ke atas. Ia terpaksa mengangkat jasnya ke atas agar tak kena dengan kontolnya sendiri. Ia kuatir precumnya akan menodai jas pengantinnya itu.
Setelah beberapa menit Thomas merasa cukup mengerjai lobang pantat Mas Randy. Ia kemudian berdiri di hadapam kakak sepupunya yang terus merokok.
“Bagi rokoknya dong Mas,” kata Thomas.
“Ehhh.. anak kecil mau merokok. Gak boleh. Yang boleh Thomas isep cuman rokok Mas Randy ini aja,” katanya sambil mengacung-ngacungkan kontol besarnya yang tegak. Thomas tertawa lucu mendengar kata-kata Mas Randy. Mulutnya mencium lagi bibir Mas Randy. Sekaligus menghirup asap rokok dari mulutnya.
Kemudian ia menekuk kakinya sedikit. Kontolnya diarahkannya ke lobang pantat Mas Randy. Kontol itu kemudian amblas ke dalam lobang pantat Mas Randy membuat pria yang akan segera menikah ini mengerang tertahan.
Thomas mulai menggenjot pantatnya maju mundur. Kontolnya keluar masuk lobang pantat Mas Randy. Sementara di luar kocokan kontol Andre mulai bertambah cepat. Ia mendesah-desah keenakan.
Pantat Thomas pun bergerak semakin cepat. Ia melenguh-lenguh keenakan. Mas Randy mengerang-erang sambil mengisap rokoknya dalam-dalam. Akhirnya entotan Thomas mencapai akhir juga. pantatnya bergerak sangat cepat dan menghentak-hentak beberapa kali untuk kemudian terhenti mendadadak. Pantatnya itu menekan kuat ke selangkangan Mas Randy. Spermanyapun menyembur deras membasahi seluruh lorong lobang pantat Mas Randy.
“Mas Randy mau dikeluarin sekali lagi?” tanya Thomas lirih. Wajahnya merah bersimbah keringat.
“Iya.. iya…ahh..,” kata Mas Randy. Meski merasa tubuhnya lemas, Thomas segera mengocok kontol kakak sepupunya itu dengan tangan kanannya. Kontolnya masih tetap bersarang dalam lobang pantat Mas Randy. Nafas Mas Randy tersengal-sengal. Asap rokok menghembus cepat dari mulut dan hidungnya.
Andrepun mengocok kontolnya semakin cepat. Orgasmenya akan datang sekali lagi.
“Ohhhhh…ohhhhh….ohhhh….oohhhhh…..yahhh….Thomasssshhhhhhhhh…ahhhhhhh..,” erang Mas Randy panjang. Suaranya ditahannya sekuat tenaga. Tubuhnya kelojotan. Thomas segera menundukkan kepalanya. Tubuhnya membungkuk. Andre tak percaya Thomas bisa membungkuk seperti itu. padahal kontolnya masih tertanam di lobang pantat Mnas Randy. Menunduknya Thomas ini untuk memasukkan kepala kontol Mas Randy dalam mulutnya. Ia tahu kakak sepupunya itu akan segera orgasme. Kalu ia tak menutup kepala kontol itu dengan mulutnya, maka sperma Mas Randy akan menyembur ke atas dan membasahi jas hitam mereka.
Sperma Mas Randy menyemprot deras di dalam mulut Thomas. Sepupunya yang masih ABG itu berusaha sebisanya menelan seluruh sperma itu. Namun karena sperma yang muncrat terlalu banyak, Thomas tak bisa menelan seluruhnya. Sebagian meleleh keluar dari mulut Thomas, mengalir turun dari batang kontol Mas Randy ke bawah, membasahi jembutnya yang hitam dan lebat.
Di luar Andrepun orgasme kembali. Spermanya kembali membasahi dinding yang ada didepannya. Menambahi jumlah sperma miliknya yang tadi juga sudah menempel disitu.
Setelah memastikan orgasme Mas Randy usai, Thomas melepaskan mulutnya dari kakak sepupunya itu. keduanya kemudian saling memandang dan tersenyum. Untuk kemudian tertawa dengan wajah masih memerah dan bersimbah keringat.
“Sssshhhhh…enak banget Thomasshhh..,” kata Mas Randy sambil menghembuskan asap rokok terakhirnya. Puntung rokoknya dibuangnya ke asbak rokok yang tadi diletakkannya di bawah kursi. “Kamu makin pinter aja Thomasshh,” katanya mencubit pipi asik sepupunya itu.
Beberapa saat mereka tetap dalam posisi seperti itu. Thomas belum mau juga mencabut kontolnya dari lobang pantat Mas Randy. Nafas mereka masih terengah-engah.
Setelah lima menit berlalu, Mas Randy beringsut. Thomas mencabut kontolnya dari Mas Randy. “Kita harus mandi lagi nih Thomas,” kata Mas Randy. Keduanya kemudian melepaskan jas hitam mereka. Dari luar Andre bisa melihat kemeja putih, dalaman jas mereka, basah kuyup. Kaos dalam mereka terlihat jelas jadinya.
“Mas Randy, harus buru-buru nih. Udah hampir jam setengah sepuluh,” kata Thomas.
“Iya. Makanya cepetan mandi,” kata Mas Randy.
Kemeja basah mereka letakkan di kipas angin yang dihidupkan. Paling tidak kemeja itu akan sedikit kering jadinya oleh angin yang berhembus dari kipas angin. Dengan tubuh telanjang bulat Mas Randy dan Thomas segera masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar mandi kakak Andre itu.
Suara shower segera terdengar dari dalam kamar mandi. Andre segera berlalu dari tempatnya mengintip. Tak ada lagi yang perlu diintipnya di kamar Mas Randy. Kakak dan sepupunya itu pasti sedang kelabakan sekarang, emmebereskan diri untuk bersiap-siap mengikuti acara pemberkatan. Andre meninggalkan kamar kakaknya itu tanpa merasa perlu untuk membersihkan dulu spermanya yang menempel di dinding. Dibiarkannya saja begitu.
Pemberkatan pernikahan Mas Randy dan Mbak Tania dimulai tepat pukul sepuluh pagi. Kakaknya dan sepupunya, Thomas, dilihat Andre sudah rapi kembali saat mereka bersiap berangkat ke gereja. Didalam mobil saat berangkat ke gereja Andre sempat meraba punggung sepupunya itu. dirasakannya punggung Thomas masih lembab. Rupanya kemejanya dan juga jasnya tidak kering sempurna.
“Elo kemana tadi? Gue cariin gak ketemu?” Andre menyempatkan bertaya pada sepupunya itu dalam mobil.
“Mas Randy minta tolong dirapihin pakaiannya tadi,” sahut Thomas tanpa merasa bersalah sedikitpun. Ia merasa Andre tak tahu apa yang terjadi padanya dan Mas Randy.
“Oooo. Ada-ada aja Mas Randy, udah segede itu gak bisa rapihin pakaian sendiri,” celetuk Andre mendengar jawaban Thomas. Sepupunya itu tak menjawab lagi. Diam saja, dan pura-pura memandang lurus ke arah depan. Ke jalan raya yang padat kendaraan. Sementara Andre tertawa sendiri dalam hati.
Tamat

Pesta Bujangan Untuk Randy

Cerita ini adalah Prequel dari cerita Menjelang Pernikahan Mas Randy.
Sepulang dari kantornya di bilangan Sudirman, Randy menyempatkan menjemput Tania, calon istrinya, yang bekerja di kawasan Kuningan. Mereka memang janjian untuk ke club kebugaran sepulang kerja. Melatih otot-otot tubuh sambil menantikan kemacetan di jalanan Jakarta usai.
Keduanya memang rajin ke club kebugaran. Karenanya tubuh mereka jadi terbentuk dengan baik. Randy, tinggi atletis. Sementara Tania ramping dan sexy. Semua orang mengatakan mereka pasangan yang serasi. Layaknya Dewa dan Dewi di cerita dongeng saja.
Club kebugaran tempat mereka terdaftar menjadi member terlihat ramai seperti biasanya. Anggotanya banyak para eksekutif muda. Seperti juga Randy dan Tania, mereka melatih otot disini sambil menantikan jalanan yang macet usai. Jam pulang kantor pasti selalu macet di jalan raya.
“Hai pengantin baru. Selamat datang,” sambut Chandra. Instruktur fitness di club kebugaran itu. Si Chandra ini memang bodynya oke banget. tampangnyapun ganteng dan jantan. Tapi kok bisa feminin luar biasa. Suaranya saja terdengar kenes saat menyambut Randy dan Tania.
“Ihhh Chandra. Masih calon. Minggu depan baru sah,” sahut Tania sambil tersenyum mesra pada Randy. Pipi Chandra dicubitnya genit.
“Idihhh… main cubit-cubitan dengan gue ya. Entar ada yang marah lhooo..,” katanya genit. Matanya mengerling nakal pada Randy.
“Dasar genit,” kata Randy. Dia memang suka juga menggoda si Chandra. Soalnya dalam pandangannya Chandra itu lucu sekali. Penampilan fisiknya yang macho dan jantan gak sepadan dengan gayanya yang feminin. Bukan hanya Randy, hampir semua member club kebugaran itu suka menggoda Chandra. Kalo kumatnya udah latah, maka yang mendengar bisa terkikik-kikik. Tuh anak suka ngomong jorok sesukanya kalo latahnya kumat. Kalo si Chandra jelas doyan digodain. Apalagi kalo yang godain cowok. Makin semangat dia.
Randy dan Tania segera menuju ruang ganti pakaian. Tania ke ruang ganti cewek, sementara Randy ke ruang ganti cowok. Di ruang ganti, Randy bertemu dengan dua instruktur pria yang sudah dikenalnya lama. Sejak dia bergabung di club itu. Mereka adalah Rio dan Panca. Mereka ini sebaya dengan Randy, sekitar dua puluh tujuh tahunan. Sebagaimana layaknya orang yang rajin fitness, tubuh keduanya atletis sekali. Mereka ini tidak seperti si Chandra. Sepanjang Randy mengenal mereka, Rio dan Panca terlihat sangat laki-laki seperti dirinya juga. Karenanya ia suka ngobrol dengan mereka.
Saat Randy masuk, keduanya sedang telanjang bulat. Bersiap-siap bertukar pakaian olah raga. Rupanya mereka juga baru datang. Di ruang ganti ini, biasa saja mereka bugil seperti itu. Memamerkan organ tubuh mereka sampai yang paling pribadi sekalipun. Namanya ruang ganti.
“Baru datang Ran?” tanya Panca. Tubuhnya yang telanjang menghadap lurus ke arah Randy. Kontolnya yang besar terlihat menggantung lemas ke arah bawah, diantara rimbunan jembutnya yang lebat.
“Yoi Ca. Elo berdua juga baru datang ya?” tanya Randy sambil mulai melepaskan seluruh pakaian kerjanya.
“Iya. Makanya juga baru tuker pakaian,” ini Rio yang menyahut. Tubuh ketiganya kini sudah sama-sama telanjang. Untuk urusan telanjang begini, Randy boleh berbangga, karena ukurannya kontolnya gede sama seperti kedua instruktur itu.
Ada beberapa teman fitness mereka yang kalo sudah telanjang begini suka menyembunyikan alat vitalnya. Soalnya banyak juga yang ukuran kontolnya gak sesuai dengan bodynya. Tubuh kekar atletis, sementara kontol kecil. Memang tidak ada yang mengejek. Tapi, wajar aja kan kalo jadi kurang pede.
“Rand, kita diundang gak pesta pernikahan elo?” tanya Rio.
“Diundang dong. Semua member dan instruktur yang gue kenal pasti gue undang. Santai aja men,” sahut Randy. Ketiganya sudah siap mengegnakan pakaian olah raga.
“Rand, bikin pesta bujangan dong. Masak hari ini gak ada pesta bujangannya,” kata Panca.
“Iya Rand. Gak seru dong,” sahut Rio mendukung usul Panca.
“Boleh aja. Mau dimana bikinnya?”
“Di rumah elo dong. Kamar elo kan pavillyun tuh. Kan bebas disitu,” kata Panca lagi. Mereka memang pernah diajak Randy ke ruamhnya. Ngobrol-ngobrol sambil mabok.
“Kayaknya gak mungkin deh. Rumah gue dah mulai rame nih,”
“Kalo gitu gimana kalo di kontarakan kami aja? Gue sama Panca kan ngontrak bareng-bareng Erwin dan Yuda. Ini kalo elo setuju,” Rio menawarkan. Panca ngangguk-ngangguk setuju. Hendar dan Yuda itu juga instruktur di club ini. Dan Randy juga kenal. Mereka berempat memang berasal dari luar Jakarta. Sama-sama bekerja di tempat yang sama, mereka sepakat ngontrak rumah bareng-bareng. Menjadi instruktur fitness, sebenarnya pekerjaan sampingan mereka. Masing-masing punya pekerjaan tetap sendiri-sendiri. Rio bekerja sebagai pelayan di restoran fast food. Panca, perawat di sebuah klinik spesialis kanker. Sedangkan Erwin teller di bank asing. Kalau Yuda itu sebenernya intel di kepolisian. Tapi kalo orang tidak terlalu dekat dengannya, hanya tahu kalau dia bekerja sebagai wartawan lepas sebuah surat kabar.
Randy memang dekat dengan mereka berempat. Karena obrolan mereka nyambung. Dan orangnya gak ada yang sengak.
“Gak mungkin dong disitu. Kedengaran tetangga kan berabe. Kontrakan kalian kan di kompleks perumahan. Padat lagi penduduknya,”
“Kalo gitu gimana dong?”
“Gini aja. Kita sewa aja satu kamar hotel. Gimana?”
“Waduh, jadi gak enak nih Rand. Biayanya gede banget,”
“Santai aja. Gue kan punya banyak fasilitas diskon kamar hotel yang gue dapat dari perusahaan gue,” jawab Randy. Panca dan Rio ngangguk-ngangguk.
“Boleh kalo gitu. Kapan waktunya?” kata Panca.
“Terserah kalian aja,” sahut Randy.
“Besok aja, malam sabtu Rand. Kalo malam minggu kan jatah elo sama Tania,” sahut Panca nyengir,
“Oke deh,” sahut Randy. “Ada kenalan cewek yang bisa diajak gak?’ tanya Randy lagi.
“Ada dong. Elo santai aja. Hehehe,” kata Rio.
“Kalau gitu, ini gue kasih duit dua juta dulu, buat elo kasih panjar ke cewek-cewek yang elo bawa. Trus besok sore elo bawa tuh cewek ke hotel. Kalau udah sampe hotel, elo telpon gue. Biar gue hubungi manajer hotelnya. Supaya dia nyediain minum dan makanan buat kita. Gimana?” kata Randy sambil menyerahkan duit pecahan seratus ribu ke Panca. “Kekurangannya besok gue tambah,”
“Sip men,”
Malam itu Randy melatih tubuhnya dibimbing Panca. Sedangkan Tania dibimbing Chandra. Usai fitness Randy mengantarkan Tania pulang, sebelum kembali ke rumahnya sendiri. Sambil pulang ia menyempatkan berbicara sama Tania, bahwa besok ia tak bisa menjemput karena pengen ngajakin teman-temannya instruktur fitness itu minum-minum. Tentu saja ia tak mengatakan mereka akan mengadakan pesta bujangan. Bisa berabe kan.
Besoknya, setelah memastikan Tania pulang ke rumah dengan aman, Randy meluncur ke club kebugaran. Dia melatih tubuhnya sebentar, kemudian melanjutkan dengan renang sambil menunggu Erwin dan Yuda yang dapat jatah bertugas malam ini selesai kerja. Sementara Panca dan Rio sedang mempersiapkan segala sesuatu seperti yang dikatakannya kemarin.
Pukul sembilan malam, club kebugaran itu tutup. Randy, Erwin, dan Yuda, segera meluncur ke hotel yang mereka tetapkan sebagai tempat pesta bujangan itu.
“Candra gak masuk ya hari ini?” tanya Randy sambil menyetir mobilnya dalam perjalanan.
“Kenapa Rand? Kangen?” goda Yuda.
“Enak aja. Kalo dia ada malah berabe. Untung tadi dia gak ada. Kalo ada trus pengen ikut, kan enggak enak kalo gak dibawa,” kata Randy.
Kamar yang dipesan adalah suit. Jadi ukurannya luas dan bentuknya mirip seperti apartemen. Begitu masuk ke dalam kamar hotel, botol-botol bir, dan minuman keras sudah banyak terhidang di atas meja. Mereka sudah mempersiapkan untuk mabok gila-gilaan rupanya. Televisi layar lebar juga ada lengkap dengan VCD playernya. Setumpuk VCD bokep bajakan sudah disediakan juga didekat televisi itu.
“Ceweknya mana?” tanya Randy. Soalnya yang lain sudah tersedia, tinggal ceweknya yang belon ada.
“Sabar boss. Mereka sedang bersiap-siap di kamar,” sahut Panca.
“Rand, elo bakal dapet surprise malam ini,” kata Yuda terkekeh-kekeh.
“Surprise? Kalian nyiapin apaan?” tanya Randy penasaran.
Lampu kamar diredupkan. Lalu irama musik lembut dihidupkan. Dari dalam kamar bermunculannya tiga orang wanita berpakaian sexy. Baju ketat dan rok yang sangat pendek. Mereka kemudian menggerak-gerakkan tubuh dengan erotis. Tubuh meraka benar-benar sexy. Lekuk-lekukya sangat jelas. Buah dada mereka montok-montok. Para lelaki itu tertawa-tawa sambil minum bir menonton pertunjukan itu.
Para penari mulai melepaskan tubuh atas mereka. Memamerkan buah dada mereka. Randy sangat tergoda melihat tontontan itu. Bergelas-gelas bir dan minuman keras diminum oleh Randy. Para penari terus menari. Tapi belum sampai membuka bagian bawah mereka.
Kepala Randy sedikit puyeng karena setengah mabok. Penari-penari itu sudah semakin binal. Buah dada mereka digosok-gosokkan ke wajah laki-laki yang menonton. Randy keenakan. Puting susu yangd ekat diwajahnya langsung dikulumnya.
“Sekarang pertunjukannya dimulai Rand,” kata Erwin berbisik pada Randy.
“Ngapain mereka?” tanya Randy setengah mabok.
“Mereka bakal buka rok dan celana,” sahut Rio.
“O, ya. Sip,” sahut Randy.
Pelan-pelan penari itu melepas rok mereka. Celana dalam mereka yang mungil terlihat jelas. Randy yangs etengah mabok mencoba memperjelas pandangannya. Dia melihat semua penari itu memiliki jembut yang lebat sekali. Sampai melewati garis celana dalam mereka.
“Memek mereka gundukannya gemuk banget ya. Pasti enak nih,” kata Randy. Dalam tatapan setengah maboknya ia melihat penari-penari itu memang memiliki gundukan yang cukup besar ditengah selangakangan mereka. Para instruktur fitness teman Randy tertawa-tawa saja.
Tiba-tiba dari dalam kamar muncul si Chandra. Ia hanya menggenakan celana dalam yang sangat minim. Gundukan kontolnya yang besar terlihat jelas.
“Ngapain Chandra disini?” tanya Randy bingung. Yuda, Panca, Rio, dan Erwin tak memperdulikan pertanyaan Randy.
Chandra mendekati penari-penari itu. ia ikut bergerak-gerak erotis di deat mereka. Gundukannya yang besar di gesek-gesekannya ke gundukan para penari itu yang juga cukup besar.
“Emang si Chandra doyan cewek?” tanya Randy.
Pelan-pelan para penari yang cantik dan sexy itu melepaskan celana dalam mereka yang mungil dan berwarna-warni. Chandra yang berada ditengah-tengah penari itu, juga terlihat akan membuka celananya. Begitu celana itu terlepas, dan para penari itu berdiri tegak mengangkang di depan semua penonton, Randypun terperanjat.
“Lhoo.. lhooo.. cewek kok ada kontolnya?” tanyanya bingung. Para penari dan Chandra kini berdiri mengangkang berkacak pinggang. Celana dalam sudah turun sampai paha mereka. Semua selangkangan mereka memiliki kontol dalam ukuran yang cukup besar. Yang paling besar diantara mereka adalah kontol Chandra.
“Mereka waria ya? Kalian mengundang waria ya?” tanya Randy bingung.
“Hehehehe. Ini surprise dari kita buat elo Rand. Sekali-kali elo nyobain yang berbeda dong. Masak gitu-gitu mulu,” kata Erwin tertawa pada Randy.
“Lagian mereka kan sexy-sexy. Liat tuh,” kata Panca.
“Kecuali si Chandra,” celetuk Yuda. Chandra cemberut. Cowok-cowok yang lain tertawa-tawa, kecuali Randy. Sedangkan para penari yang cantik-cantik itu tersenyum-senyum nakal. Mereka beneran cantik lho. Kalo gak buka celana dalam seperti sekarang ini, gak ada yang bakalan tau kalo mereka itu ternyata waria.
Para penari dan Chandra melanjutkan gerakan erotis mereka. Pinggul mereka sengaja digeol-geolkan, membuat kontol mereka jadi bergoyang-goyang. Randy terus melotot dengan bingung diantara kondisinya yang setengah mabok itu. Para penari mendekat ke arah penonton. Begitu sudah dekat, mereka kembali menggoda para cowok yang menonton itu dengan gesekan tubuh telanjang mereka. Panca, Rio, Erwin dan Yuda tertawa-tawa kegirangan. Tangan mereka asik meremas-remas pantat para penari yang putih-putih dan montok. Panca yang dapet jatah digoda Chandra terlihat cuek. Tangannya dengan nakal meremas-remas pantat cowok feminin itu. malah kontol si Chandra pun ikut diremas-remasnya.
Randy melongo melihat kawan-kawan instruktur fitnessnya itu. Tak menyangka dengan apa yang disaksikannya. Ia sendiri sibuk menghindar dari seorang penari waria yang menggodanya.
“Rand, ayo dong. Kok malu-malu gitu sih?” kata Erwin tertawa.
“Enak aja. Gue geli lagi. Elo-elo kok pada asik gitu sih? Kalian homo ya?” tanyanya.
“Panca homo? Dia mah playboy Rand,” kata Chandra tertawa-tawa. Dengan kontolnya Chandra kini menampar-nampar lembut pipi Panca. Sementara Panca tersenyum-senyum pada Randy. Jemarinya sibuk meremas pantat Chandra. “Pantat elo bagus banget sih Chand,” katanya.
“Iya dong. Makanya elo doyan kan?” sahutnya centil.
“Gila lho. Pesta bujangan gue kok elo bikin ginian sih?” Randy mulai tak suka. Ia berdiri dari tempat duduknya, bersiap meninggalkan kamar. Langkahnya sempoyongan menuju pintu kamar hotel itu.
“Santai dong Rand,” kata Yuda. “Jangan terlalu konservatif lah. Zaman udah era digital begini, masak elo kolot gitu sih? Ini cuman untuk happy-happy doang men. Just for fun. Yang homo itu cuman si Chandra doang. Kita-kita jelas enggaklah. Santai dong Rand,” ia menjajari langkah Randy menuju pintu. Dipegangnya tangan Randy mencegah cowok itu membuka pintu kamar hotel.
“Enak aja nyantai. Gue cowok normal. Enak aja elo ajak maen dengan yang ginian. Lepasin tangan gue!” katanya marah.
Yuda segera mencabut kunci kamar hotel dari gerendel pintu. “Apa-apaan si lo Yud? Kalo elo homo, jangan tularin ke gue,” katanya lagi.
“Terserah elo deh mo ngomong apa. Yang penting elo kalo mo keluar jangan lewat pintu. Lewat jendela aja kalo berani. Biar elo jatuh dari lantai enam ini. Sekalian mati, hehehe,” kata Yuda. Ia kembali mendatangi waria yang tadi menggodanya.
“Siniin kuncinya Yud. Kalo enggak gue….,” Randy mengancam.
“Kalo enggak kenapa? Lho mo mukul gue? Pukul aja kalo elo berani,” tantang Yuda. Mendengar tantangan Yuda, Randy jadi mengkeret juga. kalaupun dia bisa ngalahin si Yuda, dia masih harus berhadapan dengan yang lain juga. Percuma juga dia melawan. Yuda dan yang lain tertawa melihat Randy.
“Rand, masak sih orang kayak elo takut mencoba sesuatu yang baru? Si Yuda kan udah bilang, kita ini bukan homo. Ini cuman untuk senang-senang aja kok. Kita pengen bikin elo senang-senang menjelang kawin dengan mencoba sesuatu yang gak biasa. Kalo dengan cewek elo kan udah biasa. Pesta bujangan elo perlu dibuat luar biasa. Makanya kita undang mereka-mereka ini,” kata Rio.
“Iya Rand. Jangan takutlah. Bukannya elo main-main dengan waria kayak gini terus elo jadi homo. Tanya aja tuh si Jenny, berapa banyak cowok normal yang pernah maen dengan dia. Tanya juga apa mereka jadi homo setelah maen dengan si Jenny,” sambung Panca.
“He eh Mas. Malah yang udah kawin juga banyak kok,” kata Jenny mengiyakan Panca. Jenny ngomongnya lembut banget kayak cewek beneran. Gak ada suara laki-lakinya sama sekali deh.
Randy jadi makin keqi. Dia paling gak suka kalo dibilang takut. Tapi saat itu dia emang jengah banget.
“Kalo gitu elo duduk disitu aja deh Rand. Nonton kita-kita aja. Kalo mau tidur juga terserah. Kami pengen lanjutin lagi nih,” kata Erwin kemudian. “Sel, sepong kontol gue dong,” kata si Erwin pada Selly alias Sofyan yang sedang berdiri di dekatnya. Selly jelas aja siap dengan melayani permintaan Erwin itu. Ia segera jongkok diantara paha Erwin yang mengangkang. Tangannya dengan cepat membuka resleting celana instruktur fitness itu.
“Ihhh gede banget deh,” kata Selly begitu melihat kontol Erwin. Langsung aja kontol itu dimasukkannya ke dalam mulutnya.
Yang lain juga ikutan. Masing-masing kontol mereka mulai dioral oleh para penari itu.
“Elo mau disepong juga Ca?” tanya Chandra nakal pada si Panca.
“Iya dong. Entar si Randy bilang elo homo deh. Masak dioral sama gue,” kata Chandra menyindir.
“Terserah deh dia mau bilang apa. Abis yang laen udah dapet jatah semua sih. Terpaksa deh gue sama elo,” sahut Panca santai. Tak berlama-lama Chandra langsung mulai menyelomoti kontol Panca yang segede terong itu.
Randy tak tau mau berbuat apa. Dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Berusaha tidur. Namun percuma saja. Ia terganggu dengan suara-suara oral disekitarnya.
“Oooooohhhh……enak banget Jennn…,”
“Yahhh… yahhh….ergghhhhhhh..,”
“Gila Chand, gilahhhh…… ssshhhhhh… sshhhh…,”
“Ohhh.. ohhh…ohhh….ohhhh…,”
Teman-temannya itu menyengajakan suara-suara desahan mereka keras-keras. Niatnya membuat Randy terangsang. Dan Randy memang tak sanggup untuk tidak terangsang. Meskipun ia berusaha untuk mengalihkan pandangannya dari mereka, namun tetap saja sekali-sekali ia melirik. Melihat apa yang dilakukan oleh delapan orang yang sedang beradegan mesum itu ia mulai tergoda. Sekuat tenaga ditahannya godaan itu.
Lima menit berlalu. “Aduhh.. aduhh.. enak banget…ahhh.. ahh… Jen gak tahann.. gue pengen entot elo,” kata Rio. Ia segera menarik tubuh ramping Jenny ke atas ranjang. Dekat dengan posisi berbaring Randy saat itu. “Kalo gak suka, jangan liat Rand,” katanya.
Jenny disuruhnya mengangkang di tepi ranjang. Waria itu segera melebarkan pahanya. Randy melotot melihat kontol Jenny yang membengkak. Para penari itu sudah menyediakan KY rupanya. Rio langsung melumuri kontolnya dengan KY, begitu juga lobang pantat Jenny. Karena telah dilumuri KY, Rio tak kesulitan melakukan penetrasi di lobang pantat waria itu. sebentar saja ia sudah asik bergoyang pantat. Menganal Jenny dengan ganas.
“Rio, lemparin KY nya ke gue,” kata Panca. Rio segera melempar KY dalam tube itu pada temannya si Panca. Randy kaget, si Panca mau ngembat si Chandra?
Chandra langsung menungging berpegangan pada kursi. Panca melumuri kontolnya sendiri dengan KY, juga lobang pantat Chandra. Kemudian ia berdiri di belakang Chandra, mulai menganal cowok itu. Randy bengong melihat dua laki-laki yang sama-sama kekar itu asik bergoyang pantat dengan nikmat.
“Ohhh…ohhh.. enak banget Chand… sempit banget,” racau Panca.
Erwin dan Yuda pun mulai ikutan. Randy akhirnya jadi penonton pertunjukan cabul itu. Suara-suara persenggamaan mereka semakin merangsang birahinya.
Menit-menit berlalu. Tubuh-tubuh mereka yang sedang mengentot mulai keringatan. Genjotan pantat mereka semakin cepat dan menghentak-hentak.
“Sel.. Sell.. ssshhhh… tukeran dongg sshhhh… Gue kan pengen ngerasain si Erwin jugaahhhh… sshhhh,” kata Chandra.
“Dasar gatel deh elohh sshhhh… sshhhh… ahhh.. ahhh… ya udah. Tukeran sini,” sahut Selly. Pertukaran pasangan pun dimulai. Kini Chandra dientot oleh Erwin, dan Panca menggumuli Selly. Yuda dan Rio pun bertukar pasangan. Pesta sex terus berlanjut.
Kalau Randy pengen keluar sekarang dari kamar itu sebenarnya bisa. Dari tadi juga bisa. Karena celana Yudi sudah tak lagi dikenakannya. Randy bisa mengambil kunci kamar hotel dari saku celana instruktur fitness itu. tapi Randy jadi tak ingin lagi keluar kamar itu. Entah kenapa ia menjadi menikmati tontonan di depan matanya itu. Ia kini duduk menonton. Ranjang tempatnya duduk yang bergoyang-goyang karena gerakan tubuh Rio dan Windy, penari waria yang satu lagi, membuat birahinya semakin bergejolak.
“Beneran gak pengen nyobain nihh? Ssshhh?” tanya Rio padanya. Randy jadi tergoda pada tawaran Rio itu. “Kalo mau nih gue kasih nyobain sshhhh.. shhh.. ahh. Ahh.. ahh..,” kata Rio lagi.
Randy menimbang-nimbang beberapa saat. Akhirnya iapun kalah dengan nafsunya sendiri. Ia tak sanggup lagi menahan birahinya. Dilepaskannya pakaiannya. Rio tersenyum senang melihat reaksi Randy.
“KY tadi mana? Kasihin ke Randy deh shhh.. shhh… shhh..,” katanya pada yang lain.
Chandra melemparkan KY yang kebetulan ada didekatnya pada Randy. Sigap Randy menangkap tube KY itu.
“Lumuri dulu di kontol elohh.. sshhh…shhh..,” kata Rio dengan tetap terus bergoyang pantat.
Terburu-buru Randy melakukan apa yang disuruh Rio. Setelah selesai ia berdiri di samping Rio. Rio melepaskan kontolnya dari lobang pantat Windy. Randy mulai melakukan penetrasi pada waria itu.
“Ssssssshhhhhh ahhhh….,” erang Randy saat kontolnya menembus lobang pantat Windy yang sempit.
“Gimana Rand?” tanya Rio.
“Oooohhhhh…. sempit bangethhh….,” katanya.
“Enak kan?” tanya Windy genit.
“Sssshhhhh… ohhh…. enak… banget Windd..,” katanya. Pantatnya segera bergerak begitu kontolnya amblas dalam lobang pantat Windy.
Rio tersenyum melihat reaksi Randy. Teman-temannya yang lain juga. Rio kemudian mendekati mulut Windy.
“Wind, oral gue deh,” katanya.
Windy langsung menggenggam kontol Rio. KY yang melekat di kontol Rio dibersihkannya dengan sprey ranjang itu. setelah kontol itu bersih ia mulai melumat dengan penuh semangat. Windy keenakan. Ia menikmati sekali dientot Randy dan mengoral Rio.
Randy mengerang-erang. Mulutnya meracau-racau. Ia sangat keenakan atas sensasi mengentot lobang pantat waria itu.
“Riohhh.. sshhhh….shhh… oral gue donghhh sayhhh shhh…,” kata Windy.
“Boleh,” sahut Rio. Ia segera membungkukkan tubuhnya. Mulutnya langsung melahap kontol waria itu yang sudah keras mengacung. Randy terhenyak. Ia kaget melihat Rio yang jantan itu santai saja melakukan oral pada kontol Windy. Namun karena ia sedang keenakan, keheranannya itu dilupakannya saja. Ia terus mencari kenikmatan dari lobang pantat Windy. Ia terus bergerak pantat dengan cepat.
“Rand, coba lihat ke belakang deh,” kata Rio. Randy menoleh ke belakang. Dan ia kaget kembali. Di belakang ia melihat sudah terjadi pertukaran posisi lagi. Panca kini menggumuli Jenny. Sementara Sally malah asik mengentot Chandra. Gila tuh. Apa gak salah? Pikir Randy. Yang lebih mengagetkannya adalah melihat Yuda yang sedang asik menggempur lobang pantat Erwin dengan kontolnya. Kedua lelaki kekar dan jantan itu terlihat keenakan sekali. Erwin malah menggerakkan pantatnya tak kalah keras membalas hentakan pantat Yuda.
“Mo nyobain kayak Yuda dan Erwin gak?” pancing Rio.
“Gila lo,” sahut Randy. Dia terus menggenjot lobang pantat Windy dengan kecepatan penuh.
“Enak lagi. Ya enggak Yud?” kata Rio dengan suara agak keras. Tujuannya agar Yuda mendengar apa yang dikatakannya.
“He eh. Enak banget Rand. Entar dehh.. elo cobain jugah hhh sshhh… shhh…,” sahut Yuda yang sedang in action menganal Erwin menanggapi kata-kata Rio.
“Ahh.. ahhh.. ahh.. ahhh… enggak dehhh ahhh.. ahhh… elo ajahh.. ahhh…,” kata Randy.
“Gak nyesel Randhh? Hhhh sshhhh… shhh……,” tiba-tiba Windy yang sedang dientot Randy ngomong. “Sayang lohhh…? hhh… shhh… shhhh….,”
“Hahhh… hahhh… ahhh… ahhhh… enggakk ahhh… ahhh… ahhh… ngentothh eloh ajahhh.. ahhh…cukuphhh… shhh….. shhh…..,” sahut Randy pada Windy.
“Ngentothhh cowokkhhh shhhh…. shhh… sshheruhhh lohh.. hhhh… hhhh,” sambung Windy lagi menggoda. Pantatnya sengaja diputar-putarkannya. Randy mulai tak bisa mengontrol diri lagi. Batang kontolnya dirasakannya mulai berdenyut. Orgasmenya akan segera datang.
Tak lama spermanyapun menyembur deras dalam lobang pantat Windy. Waria itu mendesis-desis menikmati semburan sperma kental hangat itu dalam lobang pantatnya.
“Udahan Rand?” tanya Rio.
“Hohhh… hohhh… yahhh… hohhh…,”
“Cepet banget sih? Kok tumben? Keenakan ya ngentotin lobang pantat Windy? Hehehe?” goda Rio yang terus mengoral kontol si Windy.
Randy pura-pura tak mendengar kata-kata Rio itu. Ia langsung merebahkan tubuhnya telentang disamping Windy.
“Riohhh… gantiin Randy dong shhh.. shhh…,” kata Windy.
“Kenapa Wind? Masih nanggung?”
“He eh. Belon orgasme nih gue. Si Randy cepet banget keluarnya,” sahut Windy.
“Abis pantat elo binal banget sih,” kata Rio cengengesan. Windypun ikutan cengengesan. Sementara Randy tersengal-sengal dengan tubuh bersimbah keringat disamping Windy.
“Erwin aja deh gantiin elo. Gue pengen ngembat si Yuda aja,” kata Rio. “Win, Win sini Win. Entot si Windy nih,”
“Hohhh… hohhh…. tanggung nihhh… ohhhh… kontol Yudah enak banget hhh… hhh..,” kata Erwin. Dia tak rela melepaskan kontol Yuda dari pantatnya sekarang. soalnya dia sedang keenakan dientot ama cowok ganteng bertubuh kekar itu.
“Gue ajahhh…,” celetuk Panca yang sedang menggumuli Jenny.
“Trus guehh…? Ssshhh…sshhhh… Beresin dulu guehhh.. hhh.. ahhh.. ahhh…,” kata Jenny. Diapun tak rela Panca menghentikan anal padanya. soalnya dia sedang keenakan dientot Panca sambil ngocok kontolnya sendiri.
“Hehehehe… suka ya ama kontol guehhh…?” kata Panca ge er. Jenny cuman mesem.
Akhirnya tak terjadi pertukaran pasangan lagi. Mereka terus melanjutkan aksi ngentot itu hingga semuanya orgasme. Setelah itu semuanya orgasme, mereka beristirahat sejenak dengan nafas yang tersengal-sengal.
Malam itu pesta sex berlanjut terus dengan selingan nonton bokep dan mabok. Randy tetap bertahan tak bersedia untuk ngentot atau dientot dengan teman-temannya yang instruktur fitness itu. Hanya pada para waria penari itu ia mau melakukannya. Pada Chandra yang juga pengen merasakan kontol Randy dalam lobang pantatnyapun ia tak mau. Namun sesungguhnya dalam batin Randy rasa penasaran ingin menggagahi laki-laki macho dan kekar itu telah tumbuh. Randy tetap menjaga wibawanya dihadapan teman-temannya itu. Ia tergoda melihat mereka saling melampiaskan birahi dengan penuh kenikmatan.
Rasa penasaran itu akhirnya dilampiaskannya beberapa hari kemudian pada Thomas, adik sepupunya yang masih ABG. Thomas yang datang beserta papa dan mamanya karena akan mempersiapkan pesta pernikahan Randy akhirnya jadi tempat Randy melampiaskan rasa penasarannya itu.
Saat itu Thomas sedang sendiri di rumah. Bermain gim di kamar Andre, adik kandung Randy. Sedangkan seluruh keluarga Randy beserta mama dan papa Thomas sedang pergi. Andre sendiri belum pulang dari sekolah.
Cara yang paling klasik digunakannya untuk merangsang bocah imut itu. diajaknya Thomas nonton VCD di kamarnya. Film yang diputarnya adalah bokep. Setelah Thomas dilihatnya mulai terangsang diajaknya melakukan coli bersama. Dari mulai coli masing-masing hingga berlanut dengan saling mencolikan. Akhirnya coli itupun berujung pada persenggamaan diantara mereka berdua. Dan tanpa sepengetahuan mereka, Andre mengintip apa yang mereka lakukan di dalam kamar itu!
Tamat

Dibooking Andre

Beginilah nasibku. Aku jelas-jelas bukan homo. Apalagi banci. Butuh uang untuk hidup membuatku terjebak dalam dunia pelacur waria kayak gini. Setiap hari pakai baju perempuan, nongkrong di pinggir jalan menanti laki-laki yang memiliki orientasi seksual menyimpang atau sekadar pengen coba-coba, membookingku.
Si Misye, alias Misno, teman sekamar sekaligus seprofesiku jelas waria asli. Bencong tulen. Teteknya aja gede kayak cewek. Akibat suntikan silikon. Kalo tetekku? Sumpelan kain isinya. Hehehe. Dan aku jelas gak mau nyuntik silikon kayak dia. Karena aku jelas laki-laki tulen. Kalo gak kerja malam kayak gini, sehari-hari penampilanku ya lelaki, asli.
Padanya sering aku katakan, gak akan bakalan mau melakukan hal seperti ini kalau bukan karena duit. Aku adalah lelaki normal dan pengen kawin dengan perempuan asli. Aku juga bilang, tak akan pernah mau ngentot dengan laki-laki manapun jika tidak berpenampilan sebagai waria. Misye manggut-manggut mendengar kata-kataku yang penuh semangat kalau sedang membicarakan hal ini. Dia selalu berkomentar bahwa dia menghargai prinsipku itu. Dia berharap suatu saat, aku bisa punya pekerjaan yang layak dan tak lagi menjadi waria bohongan seperti sekarang. sedangkan tentang dirinya, dia pernah bilang, “Biarlah aku saja yang begini Bang,” katanya. “Udah kadung,” dia terlihat sangat sedih saat mengucapkan kata-kata itu.
Kalo aku lagi bokek berat, karena semalaman gak ada yang booking, si Misye sering ngasih duit ke aku. Sebagai imbalannya, aku bersedia ngentotin dia sampe lemes. Ini kulakukan hanya sekadar membalas kebaikannya saja. Masak udah ditolong, aku gak memberikan kesenangan padanya? Aku tak mau menjadi orang yang tak tahu membalas budi. Dan Misye tahu pasti, kalau apa yang kulakukan padanya bukan karena aku menikmatinya. Tapi hanya sekadar balas budiku saja padanya.
Bukan ge er, aku idola para waria di kosku lho. Gimana gak jadi idola. Wajahku lumayan ganteng. Bodyku cukup kekar. Kontolku gede kayak terong ungu. Mereka sampe pernah berantem, pake jambak-jambakan segala lagi, gara-gara ngerebutin aku. Pengen aku sekamar dengan mereka. Malah mereka bersedia aku gak usah patungan bayar sewa kamar. Tapi aku tetap setia sama si Misye. Karena dialah orang yang pertama kali nolongin aku waktu aku terdampar di Jakarta sini. Dan selalu nolongin aku sampe sekarang. Jadi meskipun waria yang laen nawarin hal yang lebih dari yang bisa diberikan Misye padaku, aku tetap menolak ajakan mereka. Aku menjaga perasaan si Misye yang sensitif banget.
Misye suka cemburu bila aku deket-deket dengan waria yang lain. Apalagi kalo isengku kumat, godain waria-waria itu. Dia bakalan diemin aku deh seharian. Sedangkan soal profesiku sebagai pelacur waria dia tak pernah cemburu. Dia malah sangat mendukung sekali. Aneh ya? Dia itulah yang ngajarin aku gimana caranya bersolek bak wanita sejati. Padahal, dulunya aku mana ngerti make up wanita. Di kampung kerjaanku ya nyangkol di sawah. Kalo gak percaya, pegang saja telapak tanganku ini, kasar.
Aku lagi di booking nih sekarang. Sama anak ABG. Andre namanya. Katanya, dia masih kelas tiga SLTP. Ngakunya belon pernah ngesex. Sedangkan kawan-kawannya udah pernah ngesex. Jadinya dia sering diledekin karena masih perjaka. Makanya dia pengen ngelepasin perjakanya malam ini. Edan juga anak-anak ABG zaman sekarang ya.
Awalnya dia pengen booking perek, katanya padaku. Tapi ternyata perek-perek sekarang tarifnya mahal. Duitnya gak cukup. Akhirnya pas ketemu waria dia ditawarin ngesex cuman dua puluh ribu perak. Jelas aja Andre girang banget. Kemudian dia nyari-nyari waria yang cocok dengan seleranya. Eh ketemu denganku. Langsung deh dia kepincut liat tampangku yang manis. Hehe.
“Berapaan Mbak?” tanyanya padaku. Awalnya aku geli juga lho dipanggil Mbak kayak gini. Tapi sekarang udah biasa.
“Dua puluh ribu aja Mas. Kalo sekalian kamar jadinya lima puluh ribu,” jawabku dengan suara yang dilebut-lembutin. Harus gitu. Kaget dong dia kalo aku pake suara jantanku yang asli. Andre setuju. Kemudian aku duduk di boncengan sepeda motornya. Dengan petunjukku dia melaju ke kos-kosanku dan Misye.
Misye sedang gak ada di kamar. Dia emang gak pernah gunain kamar kami untuk ngentot dengan pelanggan. Cuman aku aja. Soalnya buatku duit tambahan tiga puluh ribu untuk kamar cukup lumayan. si Misye biasanya sewa kamar hotel murahan untuk prakteknya.
Begitu kamar sudah kukunci, kusuruh dia membuka seluruh pakaiannya. Andre mengikuti apa yang kukatakan dengan segera. Sudah tak sabar lagi dia rupanya. Kontolnya gede juga untuk ukuran abg seperti dia. Bodynya pun bagus. Ramping dan atletis, kayak aku.
“Mau diisep dulu, atau langsung ngentot?” tanyaku padanya.
“Isep dulu aja Mbak,” jawabnya malu-malu.
Aku langsung berjongkok diselangkangannya. Kontolnya kumasukkan dalam mulutku. Dia terhenyak. Kaget mungkin. Berarti dia jujur belon pernah ngentot. Sesaat kemudian dia sudah mengerang-erang keenakan dan ngecret. Wajahku belepotan spermanya yang kental. Setelah itu dia terduduk lemas diatas ranjang.
“Istirahat dulu? Atau mau dilanjutin?” tanyaku santai.
“Istirahat dulu deh Mbak. Capek banget,” jawabnya tersipu malu.
Aku menyuguhkannya air minum kemasan. Dia segera menghabiskannya.
“Bawa kondom gak?” tanyaku.
“Bawa Mbak. Bawa,” jawabnya cepat. Dia langsung mengambil kondom yang disimpannya dalam saku celananya. Ada tiga bungkus.
“Banyak banget,” kataku.
“Persediaan Mbak,” jawabnya lagi, juga tersipu malu.
Setelah lima menit, kutanya lagi dia. Apakah dia sudah siap untuk melanjutkan atau belum. Dia menjawab sudah. Aku langsung naik ke atas tempat tidurku. Menungging. Rok sepanku ku angkat ke atas. Kuturunkan celana dalam wanita, warna merah jambu, yang kukenakan sebatas betisku. Pantatku langsung terpampang didepan matanya.
Kulihat dia terpana. Pantatku putih bersih. Segala bulu, baik jembut, dan bulu pantat selalu kucukur bersih. Tapi pasti yang membuat Andre terpana bukan itu. Tapi kontolku yang besarnya minta ampun. Jauh lebih besar dari punya dia.
“Mbak, kontolnya gede banget ya,” katanya lirih. Benar saja dugaanku.
“Namanya juga waria Ndre, jadi ya punya kontol,” jawabku santai. “Dimulai dong, masak cuman diliatin doang,” kataku lagi. Pahaku lebih kulebarkan lagi. Lobang pantatku yang merekah dapat dilihatnya lebih jelas lagi.
Andre mendekatkan kontolnya yang sudah keras ke lobang pantatku. Lalu kontolnya pun terbenam erat disana. Selanjutnya ia mulai menggenjot maju mundur. Mula-mula genjotannya pelan. Lama-lama semakin cepat. Dan bertambah cepat. Akhirnya diapun ngecret lagi. Dia roboh diatas tubuhku. Bersimbah keringat.
“Mas, nanti sekali lagi ya,” katanya dengan suara lemas padaku. Apa katanya Mas? Kok jadi berubah gitu sih? Pikirku. Tapi apa peduliku. Sama aja. Mau Mas atau Mbak.
“Boleh. Kamu cepet amat ngecretnya ya. Minum irex mau?” tanyaku.
“Emang Mas punya?” tanyanya.
“Ada,” sahutku.
Dia minum irex yang kusediakan. Mudah-mudahan bisa membantunya.
Setelah tenaganya pulih kembali, dia mengajakku ngentot sekali lagi. “Tapi kali ini Mas buka baju semua,” pintanya. Buka baju semua? Kalo buka baju semua aku jadi laki-laki dong. Tetekku gak ada. Rambut panjangku juga wig. “Make up nya juga dihapus aja,” katanya lagi.
“Kenapa rupanya?” tanyaku.
“Gak papa. Cuman kalo pake pakaian waria gitu, Mas jadi aneh,” katanya.
“Gak usah deh. Gini aja,” jawabku. Aku berusaha menolak.
“Kalo Mas mau, entar Andre tambahin lagi deh. Jadi seratus ribu,” rayunya.
Aku jadi tergoda mendengar rayuannya soal nambah bayaranku. Segala prinsipku hilang dari benakku. Akhirnya meski kurang sreg, kuikuti apa maunya. Kubuka seluruh pakaianku. Wig kulepas. Make up ku hapus. Kini aku berdiri sebagaimana layaknya lelaki telanjang bulat. Kami berdiri berhadapan. Sama-sama telanjang bulat.
“Gini lebih bagus,” katanya. Jemarinya mengelus dadaku yang lumayan bidang. Selanjutnya dia menyelomoti pentil dadaku dengan buas. Anak ini punya bakat homo, pikirku. Dia lebih bernafsu kini dibandingkan saat dia mengentotku dengan pakaian waria tadi. Mulutnya menjelajahi seluruh bagian atas tubuhku. Turun hingga akhirnya di batang kontolku yang membonggol.
“Masshhhh… besar banget,” katanya dengan suara bergetar. Lalu kontolku dimasukkannya ke dalam mulutnya. Dugaanku sepertinya gak salah. Andre ini punya bakat gay juga. Aku sih santai saja. Kubiarkan dia berbuat sesukanya padaku.
Mulutnya bergerilya. Batang kontolku, kepala kontolku, dan juga dua buah pelirku habis dilumatnya. Aku mengerang-erang. Rasanya begitu enak. Seperti saat Misye mengerjai kontolku sebelum kemudian aku mengentot dia.
Lama juga Andre mengerjai kontolku. Dia sangat suka rupanya. Setelah merasa puas, barulah dia berdiri kembali. Berdiri berhadapan denganku. Diciuminya bibirku yang tipis. Kami saling melumat cukup lama. Kemudian dia mendorong tubuhku sehingga jatih telentang diatas ranjang. Tubuhku ditindihnya. Kontol kami yang sama-sama keras saling berhimpitan. Dia mengajakku bermain kontol. Pantat kami kemudian bergerak-gerak, mengadu batang kontol kami.
Puas bermain kontol dia segera bangkit dari menindihku. Pahaku dikangkangkannya lebar-lebar. Kedua pahanya diselipkan dibawah pahaku. ABG ini kulihat berubah jadi liar sekarang. Kontolnya langsung dibenamkannya di lobang pantatku. Jembutnya yang lebat, terasa menggelitik celah lobang pantatku.
“Lho? Gak pake kondom Ndre?” tanyaku.
“Gak usahh ahh. Ahhh… ahhh…,” sahutnya dengan wajah menyeringai.
Dan kemudian pantatnya mulai menggenjot. Sangat keras. Sangat cepat. Menghentak-hentak. Ranjangku yang kecil berderak-derak keras. ABG ini berubah jadi perkasa. Tidak seperti tadi, yang sebentar saja langsung ngecret. Aku tak tahu, apakah ini pengaruh irex? Atau memang gairahnya yang seperti ini.
Kubalas genjotannya dengan tak kalah liar dan perkasa. Aku kan harus memuaskan pelangganku. Jadilah kami berdua mendengus-dengus bak banteng liar. Sementara pantat kami bergoyang berbalasan dengan keras. Mulut kami saling melumat dengan buas. Ahh.. ahh… rasanya begitu bersemangat. Sangat nikmat. Tanpa kami sadari tubuh kami sudah basah kuyup, bersimbah keringat.
“Ohhh Mashhh.. Mashhhh… enak banget Masshhh ohhhh…..,” racau Andre.
“Kerasshhh Ndreehhh lebih kerasshhh ahhh.. ahhh.. ahhh..,” kataku bersemangat. Tanganku ikut membantu gerakan pantatnya agar semakin keras dan cepat menggenjot. Soalnya aku sangat keenakan dengan kontolnya yang besar mengaduk-aduk lobang pantatku.
“Ohhh fuckk.. enaknya ahhh.. ahhh… ahhh..,” kata Andre.
“Ndrehhh kontolmu enak sekalihh ahhh ahhh.. ahh.. enak Ndrehhh ahh..,”
“Mas sukah kontolkuhh? Suka Masshh? Ahhh.. ahhh.. ahhh..,”
“Yahh.. ah..yah… yahh.. aooohhhh..,” aku mengerang keenakan. Bener-bener enak men.
Dan pergumulan cabul kami akhirnya berakhir setelah Andre orgasme didalam saluran pelepasanku. Orgasmenya bener-bener dahsyat. Badannya yang ramping berisi sampe kejang-kejang di atas tubuhku. Kemudian dia ambruk disebelahku. Telentang dengan nafas tersengal-sengal. Akupun turut ambruk menelungkup. Entah kenapa, rasanya pergumulanku dengannya barusan ini sangat berbeda dari yang pernah kurasakan. Luar biasa menggairahkan.
Oh, tubuhku rasanya letih nungging dientot oleh Andre. ABG itu apalagi. Dia pasti kelelahan banget setelah mencumbuiku dengan buas. Kami beristirahat sejenak. Menenangkan diri.
“Gimana Ndre? Enak?” tanyaku pelan pada Andre, setelah kelelahanku kurasakan mulai hilang.
“Gila Mas, enak banget. ini pertama kalinya buat Andre. Luar biasa banget Mas,” katanya.
“Masak sih pertama? Kayaknya udah pengalaman banget deh,” godaku.
“Enggak Mas. Suer ini yang pertama. Tapi kalo ngelihat cowok ama cowok ngentot Andre memang udah pernah,” katanya.
“O ya? Kapan? Siapa?” tanyaku. Bocah itu kulihat tercenung sejenak.
“Mmmm, nyeritainnya bingung Mas. Malu,” jawabnya.
“Kok malu?” tanyaku.
“Abis orang deket Andre juga sih,”
“Orangnya kan gak ada disini. Mas juga gak kenal kok. Lagian mana mungkin Mas bakalan ngasih tau ke orang-orang,” rayuku. Aku agak penasaran juga, siapa sih orang yang pernah dilihatnya itu.
Dia berpikir sejenak. Namun kemudian akhirnya dia bercerita juga. mendengar ceritanya aku kaget juga. orang yang pernah dilihatnya itu ternyata kakak kandungnya sendiri dengan sepupunya. Nama kakaknya itu Randy dan sepupunya itu Thomas. Yang lebih gilanya, kakaknya itu saat dilihatnya ngentot dengan sepupunya yang umurnya sebaya Andre itu, saat kakaknya itu akan melangsungkan pernikahan beberapa hari lagi. Gila ya.
“Andre bener-bener gak ngerti Mas, kok Mas Randy bisa ngelakuin hal itu. Andre juga bingung, kok Andre bisa menikmati apa yang mereka lakukan. Sejak itu Andre jadi kepikiran terus Mas. Makanya Andre pengen nyobain,” katanya.
“Jadi, cerita ke Mas tadi boong ya,”
“Boong? Cerita mana Mas yang boong?” tanyanya bingung.
“Tadi katanya pengen cari perek. Tapi kaena kemahalan gak jadi,”
“Iya Mas. Boong. Andre cuman pura-pura doang. Niatnya sejak awal ya nyari kayak Mas ini,” sahutnya malu-malu. Ketangkap basah ketahuan rahasianya olehku.
“Jadi kok tadi milihnya saya?’ tanyaku.
“Abisnya Mas manis sih. Andre liat Mas kalo tampil sebagai laki-laki juga tetap manis,” sahutnya lagi.
“Masak kelihatan sih?” tanyaku.
“Iya Mas,”
“Mmm gitu. Jadi gimana nih? Mau udahan atau lanjut lagi?”
“Kalo lanjut lagi, nambah biaya lagi gak Mas?” tanyanya malu-malu.
“Hehehe. Kenapa? Duitnya kurang?’
“Gak sih. Pengen negesin aja,”
“Kalo untuk Andre gak usah nambah lagi deh. Mas juga suka kok ngentot sama Andre. Tapi ada syaratnya,”
“Apa Mas?”
“Mas boleh juga ngebool Andre,” kataku.
“Mmmm boleh Mas. Boleh. Andre juga pengen nyoba,” katanya tersipu.
“Kalo gitu kita mulai aja,” kataku.
Bocah itu langsung bersiap ambil posisi. Dia mengangkang lebar-lebar telentang. Aku segera bersimpuh diantara selangkangannya.
Bocah ini masih perjaka ting-ting duburnya. Aku agak kerepotan juga melakukan penetrasi padanya. Tapi dia bener-bener berkemauan keras pengen mencoba dianal olehku. Meskipun kulihat dia sangat kesakitan, dibiarkannya saja aku menembus lobang pantatnya yang sempit dengan kontolku yang besar.
Setelah berulang-ulang menekan kontolku memasuki lobang pantatnya, akhirnya masuk juga seluruh batang kontolku. Setelah itu aku mulai bergerak. Andre mengerang-erang. Entah erangan kesakitan atau keenakan. Aku tak peduli, mau dia kesakitan atau keenakan. Genjotan pantat terus kulanjutkan. Gerakan pantatku menggila. Aku benar-benar keenakan dengan dubur si Andre yang ganteng ini.
Aku tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Saat dientot oleh pelangganku, motivasiku hanya uang. Aku tak pernah menikmatinya. Kalaupun harus ngentotin lobang pantat, paling aku hanya melakukannya dengan Misye. Itupun karena faktor hutang budi. Dan juga tak kunikmati. Tapi saat ini entah kenapa aku begitu menikmatinya. Aku begitu bersemangat menghajar dubur Andre.
“Hahhh… hahhh… hahhhh…. hahhhh…hahhhh..,” aku mendengus-dengus. Spermaku akan muncrat sebentar lagi.
Saat spermaku kurasakan menyembur dari lobang kencingku, tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar. Si Misye nongol di pintu. Dia terkejut melihatku. Aku lebih terkejut lagi. Tak kusangka Misye sudah pulang.
“Bang Poltak! Ngapain?!!!!” serunya keras. Nama asliku disebutnya keras. Bukan Popy, nama banciku.
Aku tak tahu harus ngomong apa. Tubuhku rasanya lemas karena orgasmeku. Pantatku menekan keras di buah pantat Andre. Bocah yang sedang merasakan semburan spermaku inipun terlonjak kaget. Wajahnya melongo memandang Misye yang kaget melihat kami sedang tindih-tindihan seperti itu.
Kami hanya saling pandang-pandangan untuk waktu yang cukup lama. Sama-sama melongo. Kalo aku melongo dengan ekspresi keenakan karena orgasme. Tak ada yang berbicara. Tapi aku yakin, Misye pasti bingung sekali melihatku. Saat tampil sebagai laki-laki normal seperti saat ini aku menggagahi seorang laki-laki. Hal yang selama ini selalu aku katakan padanya, tak akan mungkin pernah akan aku lakukan. Aku bener-bener bingung diantara kenikmatan yang sedang menjalar di seluruh tubuhku.
Tamat

Pondok Jejaka

Satu
Usaha keras Yuda selama ini akhirnya membuahkan hasil juga. Dengan wajah sumringah ia menunjukkan namanya yang mejeng diantara nama-nama lain yang dinyatakan lulus SPMB pada kedua orang tuanya. Di Fakultas Teknik Elektro salah satu universitas negeri favorit di Depok. “Yuda lulus ma, pa,” katanya pada kedua orang tuanya. “Anak mama memang pinter deh,” sahut sang mama sambil memberikan cium sayang di pipi anak bungsu kesayangannya itu. “Papa tekor nih ma,” kata sang papa. “Kenapa pa?” tanya sang mama. “Papa kan janji akan membelikan sepeda motor baru buat Yuda kalo lulus SPMB ma,” jawab sang papa. Yuda senyum-senyum kegirangan mendengar kata-kata sang papa. Sepeda motor baru yang diidamkannya selama ini menggantikan sepeda motor lamanya akhirnya jadi juga dihadiahkan oleh sang papa. Dengan kondisi ekonomi keluarga mereka yang jauh diatas rata-rata, Papa Yuda adalah salah seorang pengusaha perantauan yang sukses di Makassar, sebenarnya bisa saja sang papa membelikan sebuah mobil untuk Yuda. Namun cowok ganteng satu ini memang belum pernah punya keinginan untuk memiliki mobil sendiri. Saat ditanyakan oleh sang mama apa alasannya tidak mau memiliki mobil sendiri dengan enteng Yuda menjawab, “Lebih enak naik sepeda motor ma. Kalo membonceng cewek, lebih mesra.” Sang mama hanya bisa mencubit sayang pipi anak bungsunya ini. Sambil ngeledek, “Anak bungsu mama ini ternyata genit ya. Kecil-kecil udah playboy.” Yuda hanya nyengir lucu mendengar ledekan mamanya itu. Yuda memang anak yang unik. Diantara dua saudaranya yang lain dia memang lebih sederhana dalam penampilan. Mas Yudi dan Mbak Yenny, masing-masing kakak pertama dan keduanya, dua-duanya mengendarai mobil dalam keseharian mereka. Sejak masih tinggal di Makassar dulu dan juga saat ini, dimana keduanya sedang menimba ilmu, kuliah di Pulau Jawa. Mas Yudi kuliah di PTN Teknik yang ada di Bandung, sedangkan Mbak Yenny kuliah di PTN yang ada di Yogyakarta, tak jauh dari rumah kakek dan nenek keluarga Yuda. Meskipun berasal dari keluarga mampu, Yuda dan kakak-kakaknya memang serius dalam hal pelajaran. Karena itu wajar saja mereka semua dapat lulus di PTN favorit yang ada di Pulau Jawa. “Kapan dong pa, Yuda dibelikan sepeda motor barunya?” tanya Yuda menagih janji sang papa. “Nanti aja di Jakarta ya Yud. Supaya gak repot-repot membawanya dari sini,” “Oke deh pa. Makasih ya papa dan mama tersayang,” jawab Yuda sambil mencium pipi kedua orang tuanya bergantian. Setelah itu cowok ganteng bertubuh tinggi langsing atletis itu siap-siap ngacir meninggalkan kedua orang tuanya yang masih sibuk membolak-balik surat kabar berisi pengumuman SPMB itu. “Mau kemana sayang?” tanya sang mama. “Ke rumah Reny ma. Mau pamit sekaligus mutusin dia. Soalnya repot kan pacaran jarak jauh. Lagian di Jakarta banyak cewek-cewek manis ma, kasihan kalau Yuda cuekin mereka. Kalo disini kan Reny masih bisa ketemu cowok lain di sekolah, dia kan baru naik kelas 2,” jawab Yuda enteng. Mama dan papanya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban dari anak bungsunya yang ternyata berbakat playboy itu. Kedua orang tua Yuda memang tak terlalu mempermasalahkan “bakat” sang anak yang suka gonta-ganti pacar itu. Karena meskipun Yuda begitu, dia tak pernah melakukan hal-hal yang dapat merusak masa depannya. Buktinya sekolahnya tetap lancar dan cewek-cewek yang pernah dipacarinya pun masih tetap berhubungan baik dengannya. Malah masih sering berkunjung ke rumah Yuda yang terletak di salah satu kompleks perumahan mewah di Kota Makassar. Reny yang tadi disebut Yuda adalah pacarnya yang terakhir. Teman satu sekolahnya yang waktu dipacarinya masih duduk di kelas 1. Yuda memang salah satu idola cewek-cewek di sekolahnya. Gimana gak jadi idola. Anaknya pinter di kelas, penampilan fisik oke, olah raga jago, kaya tapi sederhana dan supel dalam bergaul. Oleh karena itu setiap orang yang mengenal Yuda sangat senang bergaul dengannya. Prestasinya juga membanggakan. Yuda pernah menjadi utusan propinsinya untuk menjadi anggota Paskribaka di Istana Merdeka. Selain itu, saat ia menjadi kapten kesebelasan sepak bola sekolahnya Yuda menghantarkan kesebelasannya menjadi juara pertama dalam Kompetisi Sepak Bola antar pelajar se-propinsi. Cowok yang sempurna? Kayaknya iya. Bukankah itu yang anda sukai saat membaca cerita-cerita seperti ini kan? Hehe.
Dua
Yuda disambut oleh Mas Yudi di Bandara Internasional Sukarno-Hatta Cengkareng. Sesuai dengan perintah kedua orang tuanya melalui telepon, kakak pertamanya itu ditugaskan untuk membantu Yuda dalam mengurus proses penerimaan mahasiswa baru di kampusnya. Kebetulan Yudi berada di Bandung, maka menurut kedua orang tua mereka cukuplah kakak tertua Yuda itu yang membantu, mama dan papa Yuda tak perlu harus ke Jakarta untuk mengurusi keperluan Yuda. “Bawa oleh-oleh apa Yud buat gue?” sambut Mas Yudi sambil menjawil telinga adik bungsunya itu. Wajahnya tersenyum lucu. “Dasar deh Mas Yudi, bukannya nanya kabar mama sama papa, malah nanya oleh-oleh,” jawab Yuda pura-pura cemberut. Sumpah, meski cemberut wajah Yuda tetap aja ganteng lho. Selanjutnya kedua kakak beradik yang ganteng-ganteng itu berpelukan hangat melepas rindu. Setelah acara melepas rindu usai, Mas Yudi mengajak Yuda untuk meninggalkan bandara. “Kita istirahat dulu hari ini, besok berangkat ke Depok cari kos buat kamu. Setelah itu mendaftar ulang ke kampus jelek kamu itu,” kata Mas Yuda. “Enak aja. Kampus Mas Yudi yang jelek. Wek,” jawab Yuda sambil meleltkan lidahnya. Sembarangan aja Mas Yudi ini bilang kampus Yuda jelek. Itu kan kampus paling favorit se-Indonesia. Dengan mengendarai mobil sedan milik Mas Yudi, kedua kakak beradik itu melaju di jalan raya Jakarta menuju hotel di kawasan Senayan untuk beristirahat.
Tiga
Fakultas Teknik Elektro sudah ramai saat Yuda dan Mas Yudi tiba. Setelah memarkirkan mobilnya, Mas Yudi mengajak Yuda melihat papan pengumuman yang berisi tata cara pendaftaran ulang bagi mahasiswa baru. Papan pengumuman itu sudah ramai di rubungi oleh mahasiswa baru. Untunglah kedua kakak beradik itu memiliki ukuran tinggi badan diatas rata-rata, hampir 180 cm, sehingga mereka tak perlu kerepotan untuk melihat pengumuman. “Oke deh. Kamu kan udah tau apa yang harus dibawa untuk daftar ulang. Sekarang kita cari kos dulu buat kamu. Besok kamu sudah bisa daftar ulang kemari,” kata Mas Yudi. “Oke Mas,” jawab Yuda. “Mas, bingung juga nih cari kos disini. Kita tanya orang-orang aja dulu,” ajak Mas Yudi disambut anggukan Yuda. “Liat di papan pengumuman yang deket gedung itu deh mas. Disana banyak tuh selebaran informasi tempat kos,” terang seorang cewek manis saat mereka bertanya-tanya tentang lokasi tempat kos. “Boleh kenalan kan, nama gue…,” kata Yuda pada cewek itu. Cepat Mas Yudi menarik tangan adik bungsunya yang mulai muncul tabiat playboynya itu. Urusan cari kos belum beres malah sibuk kenalan nih anak. Cewek itu hanya tersenyum malu-malu. Benar saja di papan pengumuman itu tertempel banyak selebaran informasi kos. Satu per satu pengumuman itu dibaca oleh Mas Yudi. Akhirnya matanya tertumbuk pada sebuah pengumuman yang cukup unik isinya. “Kalo elo ngerasa ganteng, enggak sombong, en berasal dari keluarga baek-baek, buruan dateng deh ke kos-kosan . Fasilitas lengkap dan dijamin bebas dari narkoba en pergaulan bebas mahasiswa-mahasiswi. Masih tersisa dua kamar kosong. Buruannnn sebelon keabisan. Untuk informasi, hubungi Ivan di nomor HP : 081XXXXXXX,” (Nomor handphone sengaja disembunyikan untuk menghindari iklan dan aksi coba-coba yang mungkin anda lakukan dengan menghubungi nomor tersebut. Kalau ternyata nomor yang ditulis beneran punya gay atau biseks gak masalah. Kalau punya lesbian gimana? Kan elo rugi pulsa. Hehehe). Mas Yudi segera menghubungi nomor hand phone itu. “Masih sisa satu kamar kosong lagi ya? Hmm.. satu setengah juta setahun. Mmm belum termasuk bayar tagihan listrik dan telepon? Ada ac ya? Boleh punya televisi dan komputer di kamar? Ada garasi buat kendaraannya ya? Oke deh kita coba liat ke situ. Alamatnya dimana? Hmm disitu ya. Oke, oke. Kami kesitu ya. Nama saya Yudi. Makasih Van. Klik,” “Gimana mas?” tanya Yuda. “Kayaknya lumayan. Ayo kita liat ke situ sekarang,” “Ayo,”
Empat
Mencari kos-kosan ternyata tak sulit. Lokasinya tak terlalu jauh dari jalan raya Depok. Kos-kosan itu berupa rumah yang terawat bersih dan rapi. Dipintu rumah terdapat tulisan . Di garasi terdapat dua buah mobil sedan dan satu sepeda motor. Sepertinya kos-kosan itu diperuntukkan untuk kalangan menengah. “Males ah disini mas. Kayaknya mewah banget,” kata Yuda saat melihat kos-kosan itu. “Kamu ada-ada aja deh. Entar papa dan mama marah ke Mas Yudi, kalo kamu mas masukin kos-kosan yang kumuh. Ayo turun kita liat ke dalam,” Tak lama setelah memencet bel, Mas Yudi dan Yuda disambut oleh seorang cowok ganteng bercelana pendek yang membukakan pintu. “Yudi ya,” kata cowok itu yakin. “Iya. Ivan ya,” “Yap betul. Silakan masuk mas,” jawabnya. Ruangan dalam kos itu bersih dan terawat baik. Ruang tengah sepertinya diperuntukkan untuk tempat ngumpul-ngumpul, ada tiga orang cowok, yang juga ganteng-ganteng sedang duduk diatas karpet menonton televisi yang sedang menayangkan acara Buser. Ketiga cowok ganteng itu mengangguk ramah pada Mas Yudi dan Yuda. Sepertinya ini kos anak baik-baik, batin Mas Yudi. Ivan mengajak Mas Yudi dan Yuda duduk di kursi tamu. “Siapa yang mau kos nih? Dua-duanya?” tanya Ivan. “Enggak, adik saya ini aja. Yuda namanya. Kalo saya kuliah di Bandung,” “O gitu. Mau liat kamarnya sekarang?” “Yang punya kos kamu Van?” “Bukan Mas. Kita berempat yang ngekos disini. Yang punya kos tinggal di Tangerang Mas. Rumah ini dikontrak per tahun. Awalnya kami ada lima orang yang ngontrak bareng-bareng. Karena yang dua udah lulus, jadi kita perlu dua orang lagi untuk ngisi kamar yang kosong mas. Kalo yang ngontrak lima orang kan biaya kontrakannya per orang jadi gak terlalu berat mas,” “Hmmm… Terus kok kamarnya tinggal satu. Katanya butuh dua,” tanya Mas Yudi lagi. “Kemaren udah ada satu temen yang baru masuk mas. Yang pake kaos biru itu,” tunjuk Ivan ke arah seorang cowok ganteng berkulit hitam manis. Kayaknya cowok itu berasal dari daerah Indonesia timur. “O gitu ya. Kita boleh liat kamarnya?” “Boleh mas,” Ivan kemudian menunjukkan kepada Mas Yudi dan Yuda kamar yang masih belum ada penghuninya itu. Didalam kamar itu sudah tersedia tempat tidur spring bed besar. Meja belajar. Dan meja kosong yang bisa digunakan untuk meletakkan televisi. Kamarnya cukup luas. Mas Yudi langsung tertarik. Sedangkan Yuda terlihat ogah-ogahan. Cowok ganteng itu sebenarnya tak mengharapkan tempat kos yang lumayan mewah seperti itu. Namun untuk menolak Mas Yudi dia merasa tak enak. Dibenaknya terfikir untuk mencari kos lain tahun depan, setelah ia mengetahui situasi di sekitar kampusnya. Tak berlama-lama Mas Yudi segera membayar uang kos itu pada Ivan. Barang-barang Yuda yang ada di mobil segera diangkat ke dalam kamar. Cowok-cowok penghuni kos itu membantu mengangkati barang-barang Yuda ke kamar. Mas Yudi semakin senang dan yakin kos itu cocok buat Yuda karena melihat keramahan penghuni kos itu.
Lima
Malam itu Mas Yudi menginap di kos Yuda, memastikan bahwa tempat kos itu memang seperti apa yang dibayangkannya. Satu per satu penghuni kos berkenalan pada Mas Yudi dan Yuda. Ivan berasal dari Aceh. Kulitnya putih dan tidak terlalu tinggi. Mungkin tingginya sekitar 168 cm. Tubuhnya langsing berotot. Katanya dia turunan Arab, pantas saja tubuhnya rame dengan bulu-bulu halus. Pada wajahnya terlihat jelas bekas cukuran. Saat ini ia duduk di Semester lima Fakultas Ekonomi. Ali, asal Magelang. Sawo matang, lebih tinggi dari Ivan dan langsing. Hidungnya mancung bagus mirip Keanu Reeves. Anaknya suka tersenyum, memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih. Sama dengan Ivan, Ali juga kuliah di semester lima Fakultas Ekonomi. Darwin, asal Palembang. Kulitnya putih dan matanya sipit mirip turunan Cina. Tubuhnya paling kekar diantara mereka. Kekerannya itu dapat terlihat jelas karena Darwin suka memakai kaos yang berukuran ngepas pada tubuhnya. Sepertinya anak satu ini rajin olah tubuh. Tubuhnya kokoh dan tingginya sama dengan Yuda. Saat ini ia masih duduk di semester tiga Fakultas Teknik Arsitektur. Stefanus, asal Ambon. Kulitnya hitam manis. Wajahnya ganteng sekali. Bulu matanya lentik. Dia ini yang penghuni baru. Darwin yang mengajaknya pindah ke kos ini. Mereka memang sama-sama kuliah di semester tiga Fakultas Teknik Arsitektur. Meskipun tidak sekekar Darwin, namun Stefanus punya tubuh yang oke juga. Kesimpulan Mas Yudi setelah menginap malam itu adalah teman-teman kos Yuda baik-baik. Tak ada yang menunjukkan prilaku bermasalah. Tak ada narkoba disitu, merokok saja mereka juga tidak. Sex bebas juga sepertinya tidak, meskipun cowok-cowok itu sering menerima tamu cewek-cewek cantik, maklum aja deh soalnya mereka kan ganteng-ganteng wajar banyak cewek yang suka, namun mereka menerima tamu-tamu cewek itu hanya terbatas hingga teras depan saja. Tak ada satupun tamu cewek mereka yang diajak duduk di ruang tamu, apalagi sampai ngamar. Akhirnya Mas Yudi merasa tak perlu berlama-lama menemani Yuda di kos barunya itu. Keramahan penghuni kos memang membuat Yuda dan Mas Yudi dapat cepat bergaul dengan mereka. Karena itu Mas Yudi tak merasa kuatir Yuda kesulitan bergaul dengan mereka. Apalagi Yuda dan juga Mas Yudi punya bakat untuk cepat bergaul dengan orang lain. Meskipun Yuda kurang sreg dengan kos itu, ia bisa menyembunyikan hal itu sehingga tidak mengganggu komunikasinya dengan penghuni kos yang lain. Setelah membereskan segala urusan Yuda akhirnya Mas Yudi memutuskan untuk kembali ke Bandung keesokan sorenya. Sebelumnya ia sempat membawa Yuda ke Glodok dan membelikan adik bungsunya itu televisi, radio tape dan seperangkat komputer. “Sepeda motor gue gimana dong Mas?” tanya Yuda pada kakak tertuanya itu. Papanya sudah mentransferkan untuknya uang pembelian sepeda motor itu. “Entar sepeda motor kamu beli sendiri deh. Kamu bisa ajak temen-temen kamu disini untuk nolongin nyarinya, mereka kan udah paham Jakarta. Lagian kamu kan udah cocok bergaul sama mereka,” tanggap Mas Yudi. Dengan diantarkan sampai ke pintu gerbang seluruh penghuni , Mas Yudi berangkat ke Bandung sendirian dengan mengendarai mobil sedannya. Enam
Perkuliahan baru akan mulai minggu depan. Karenanya kegiatan penghuni kos lebih banyak diisi dengan hanya menonton acara televisi di rumah. Seluruh tayangan dari berbagai stasiun televisi ditonton oleh cowok-cowok itu. Saking seringnya menonton acra televisi, Yuda sampai hapal jadual acara di televisi yang selama ini tak diketahuinya. Waktu di Makassar cowok ganteng ini memang sangat jarang menonton acara televisi. Lebih sering kegiatannya diisi dengan belajar atau bawa ceweknya jalan-jalan. Penilaian Yuda pada cowok-cowok, teman-teman barunya di kos itu sama dengan Mas Yudi. Baik-baik dan tidak melakukan hal-hal aneh. VCD player saja tak ada disitu. Sepertinya cowok-cowok itu tak pernah nyetel film deh. Sesekali Ivan dan Darwin yang punya mobil, mengajak mereka jalan-jalan malam. Nongkrong sambil makan malam di luar, rame-rame. Lumayan juga buat menghilangkan kebosanan Yuda ngedekem seharian di kos. Namun dua hari setelah kepergian Mas Yudi, Yuda mulai melihat keanehan pada diri teman-teman kosnya itu. Yuda jadi bingung dan penilaiannya mulai berubah. Tempat kos itu tidak memiliki kamar mandi di dalam kamar tidur. Kamar mandi terdapat di bagian belakang rumah, dekat dapur. Jumlahnya dua. Satu kamar mandi kecil untuk buang hajat dan satu lagi kamar mandi yang berukuran besar, ukurannya tiga kali tiga meter, biasanya digunakan untuk mandi. Berkaitan dengan kamar mandi inilah keanehan yang dirasakan Yuda pada teman-temannya itu. Saat akan pergi ke kamar mandi, cowok-cowok itu dengan cuek melenggang dari dalam kamar tidurnya hanya menggenakan cawat doang. Tubuh-tubuh atletis mereka santai saja melintas melalui ruang tengah tempat anak-anak yang lain nonton televisi. Yuda benar-benar kaget saat pertama kali melihat kebiasaan mereka itu. Meskipun waktu di Makassar dulu ia sering melihat cowok hanya menggenakan cawat doang, namun itu hanya ada di kolam renang. Kalau melihat cowok berkancut di rumah Yuda belum pernah. Dan ia merasa janggal dengan itu. Cowok yang pertama kali dilihatnya seperti itu adalah Darwin. Dengan santai ia melintas memamerkan tubuh kekar berototnya yang hanya ditutupi celana dalam doang itu. Malah di samping televisi dengan menumpukan tangannya pada dinding, ia berhenti cukup lama menayakan acara apa yang sedang ditonton. Bulu-bulu halus ketiaknya yang lebat itu dipamerkannya pada para pirsawan. “Ngapain Win?” tanya Yuda waktu itu. Ia merasa risih melihat Darwin berpose santai seperti itu. “Mau mandi Yud,” jawab Darwin cuek. “Kok,” “Santai aja. Cowok semua juga kan,” jawabnya enteng. Yang laen hanya tertawa-tawa. Malah Ali nyeletuk santai, “Gede juga Win,” katanya. Setelah Darwin beres mandi dan keluar hanya dengan handuk doang. Giliran Ivan yang dengan santai melepaskan seluruh busananya di depan anak-anak. Diapun kemudian berjalan santai menuju kamar mandi dengan celana dalam mungilnya. Yuda tambah bingung. Pikirnya itu hanya kebiasaan Darwin seorang. Akhirnya satu per satu teman-temannya berbuat seperti itu. Yuda hanya bisa melotot bingung melihat mereka. Sejak hari itu, akhirnya Yuda mulai terbiasa dengan kebiasaan mandi penghuni kos . Malah kinipun dia juga ikutan cuek aja pake cawat doang menuju kamar mandi. Hanya yang masih belum dapat dimaklumi oleh Yuda adalah kesukaan teman-teman barunya itu yang lain. Yaitu mandi bareng-bareng di kamar mandi besar. Yuda sampai melongo di depan pintu kamar mandi besar yang tidak mereka tutup pintunya itu saat melihat keempat teman barunya sedang asik mandi bareng, berebut air dibawah shower sambil tertawa-tawa dan membanding-bandingkan ukuran kontol masing-masing. Tentu saja Ivan yang turunan Arab menjadi jawara dalam acara itu. Kontolnya yang masih tidur aja udah segede terong plus dihiasi jembut halus lebat keriting itu, dipamerkannya pada teman-temannya. “Kontol begini nih yang bisa bikin cewek gak bisa nafas,” katanya sambil tertawa bangga. Yuda baru sadar kalau sedang melongo melihat mereka saat tiba-tiba Stefanus, si Ambon memanggilnya untuk bergabung bersama mereka. Serta merta ditolaknya ajakan itu, segera Yuda meninggalkan mereka menuju ruang tengah pura-pura menonton televisi. Namun fikirannya melayang pada kelakuan teman-temannya itu juga pada kontol keempat teman-temannya itu yang punya ukuran lebih besar dari rata-rata, tak jauh berbeda dari kontolnya sendiri.
Tujuh
Hari itu malam minggu. Keempat teman barunya semuanya ngilang dari kos. Kata mereka ngapel ke tempat cewek masing-masing. Ditinggal sendiri, Yuda kemudian menelpon Reny ke Makassar. Dari pada belum punya cewek di Jakarta, mendingan manfaatin yang ada aja dulu, batinnya. Bosan menelpon akhirnya Yuda pergi tidur ke kamarnya. Hampir pukul sebelas malam, tiba-tiba ia dibangunkan oleh Ali. Karena lupa mengunci pintu kamarnya, Ali bisa masuk ke kamar Yuda. “Kok udah tidur sih. Malam minggu nih. Ayo ke ruang tengah. Anak-anak bawa film bagus tuh buat di tonton,” ajak Fajar. Ogah-ogahan Yuda mengikuti langkah Fajar. Di ruang tengah dilihatnya teman-temannya sudah ngumpul di depan layar televisi. Yuda melotot melihat apa yang mereka tonton. Ternyata teman-temannya itu sedang nonton film porno. Di layar televisi terpampang adegan seorang cewek cantok sedang dientot oleh dua cowok berkontol besar sekaligus. Satu melalui memek dan satu melalui lobang pantat. Di atas karpet di dekat teman-temannya itu berserakan kemasan kepingan vcd porno berbagai judul dengan jumlah yang tak sedikit. Setidaknya ada dua puluh kemasan. “Dapet vcd player dari mana nih?” tanya Yuda bingung. “Anak-anak kan pada punya televisi dan vcd player masing-masing di kamar Yud. Cuman kan lebih enak nonton bareng-bareng di ruang tengah daripada nonton sendiri di kamar. Jadi dibawa kemari deh playernya Darwin,” jawab Ivan. “Dapet film darimana? Sampe banyak begini lagi” tanya Yuda lagi. Satu persatu judul yang tertara pada kemasan vcd itu dibacanya. Ngelihat dari gambarnya kayaknya vcdnya oke-oke deh. Dan sepertinya temanya seragam. Orgy. Dengan jumlah cowok lebih banyak daripada ceweknya. “Gimana sih Yud. Masak cowok gak punya film ginian. Kita punya semua. Elo ada gak?” ini Ali yang ngomong. “Mana ada. Tinggal di Makassar semua dong. Masak gue bawa kemari,” jawab Yuda. “Kalo elo mau nyari, entar kita ajak ke Glodok deh. Disana banyak,” sambung Darwin. Eh ternyata Darwin pake kaca mata. “Kalo nonton ginian harus pake kaca mata Yud. Biar jelas kelihatannya. Gue kan udah minus setengah,” jawab Darwin menanggapi komentar Yuda karena baru mengetahui kalo cowok ganteng yang punya tubuh kekar atletis itu ternyata memakai kaca mata. Tampang Darwin jadi kayak Clark Kent deh. Ganteng, atletis, dan berkaca mata. Rambut pendeknya yang model belah samping itu membuatnya semakin mirip dengan Clark Kent. Yuda pun kemudian ikut larut pada tontonan porno itu. Anak satu ini emang udah punya bakat doyan nonton gituan sejak dari SLTP. Dapat tontonan bagus kayak begini tentu saja tak dilewatkannya. Volume suara televisi yang cukup besar, memperdengarkan erangan dan desahan aktor dan aktris porno yang sedang ngentot itu, tentu saja menambah cepat bangkitnya birahi penonton. Yuda saja berulangkali membetulkan posisi duduknya. Kontolnya yang ngaceng keras terasa mendesak di selangkangannya.
Delapan
Usai film pertama, mereka langsung nyambung lagi dengan film berikutnya. Film kedua ini bercerita tentang dua orang cewek yang dikerjai delapan cowok di sebuah bengkel mobil. Kedua cewek itu datang ke bengkel dengan tujuan untuk mereparasi mobil yang mereka bawa. Ternyata disana mereka harus melayani nafsu binal kedelapan montir ganteng dan kekar-kekar itu. Yuda merasa sangat terangsang melihat cewek-cewek itu dientot rame-rame oleh kedelapan cowok itu. Kontolnya yang sudah mengeras sangat ingin untuk segera mengeluarkan sperma. Biasanya sambil nonton film porno di kamarnya di Makassar, Yuda ngocok. Tapi kali ini tentu saja tak mungkin. Untuk pura-pura ke kamar atau kamar mandi buat ngocok tentu saja dia merasa malu. Dilihatnya keempat teman barunya itu santai-santai saja melihat adegan mesum di layar televisi. Yuda memang belum pernah mengentot dengan siapapun. Paling-paling untuk menumpahkan spermanya dilakukannya dengan ngocok di kamarnya atau di kamar mandi. “Duh jadi pengen ngocok nih,” tiba-tiba Stefanus nyeletuk. “Gue juga,” sambung Ivan. “Ke kamar dulu ah. Mau ngocok,” kata Stefanus. Teman-temannya tertawa. “Ngapain di kamar sih. Disini aja. Kok mesti malu sih. Cowok semua kan. Sama-sama punya kontol,” kata Darwin. “Iya juga ya. Ya udah deh disini aja,” Stefanus tanpa malu-malu langsung mengeluarkan kontolnya dari balik celana pendeknya. Mata Yuda langsung melotot melihat kontol Stefanus yang hitam dan besar seperti Pisang Ambon itu. Dengan santai si Ambon menggenggam batang itu kemudian mengocoknya, sambil matanya tetap menatap layar televisi. Ivan kemudian mendekati Stefanus. Duduk disebelah cowok itu, iapun kemudian mulai mengocok batang kontolnya sendiri. “Gak ikutan Yud?” tanya Ali. Yuda hanya menggeleng. Ia benar-benar tak percaya melihat teman-teman barunya yang sepertinya baik-baik itu ternyata tak malu-malu ngocok di depan orang. Tiba-tiba Darwin mendekatinya. Tubuh kekar cowok ganteng itu sangat rapat pada tubuh Yuda. “Kok malu-malu sih Yud. Keluarin aja. Atau perlu gue bantu,” katanya. Tangan Darwin langsung meremas tonjolan kontol Yuda yang tercetak membesar di selangkangannya. Di dekatnya, dilihatnya Ali juga sudah mulai mengocok kontolnya sendiri. Bibirnya tersenyum pada Yuda. “Ayo Yud,” katanya kemudian. Yuda berusaha menyingkirkan tangan Darwin dari selangkangannya. Namun cowok berotot itu tak memperdulikan. Dengan paksa ditariknya celana pendek Yuda sehingga kontol besar milik cowok ganteng itu menyembul ke luar. “Win, jangan,” kata Yuda. Tangannya menepis tangan Darwin yang mulai menggenggam kontolnya yang besar dan kemerahan itu. Namun Darwin tak peduli. Dengan lembut diremasnya kontol Yuda. “Jangan menolak. Entar gue patahin nih kontol,” jawab Darwin dingin. Yuda mengkeret juga mendengar ancaman Darwin. Meskipun tak rela, akhirnya Yuda membiarkan Darwin memainkan kontolnya. Tangan Darwin yang menggenggam batang kontolnya kemudian bergerak naik turun mengocok batang kontol milik cowok Makassar itu. “Kontol lo bagus ya Yud, besar dan merah. Merahnya kayak kontol gue deh. Liat nih,” tangan Darwin yang satu lagi langsung mengeluarkan kontolnya sendiri. Kontol yang besar dengan kepalanya yang mirip jamur, besar dan merah. Batangnya gemuk dan berurat. Yuda terperangah melihatnya. Ia sudah pernah melihat kontol Darwin saat masih tidur, rupanya kalau sudah bangun kontol Darwin benar-benar dahsyat bentuknya. Yuda kemudian melirik ke arah Ivan dan Stefanus. Mata Yuda terbelalak melihat apa yang dilakukan oleh kedua cowok ganteng itu. Didepan matanya dilihatnya Stefanus sedang asik menjilat-jilat kepala kontol Ivan yang besar. Sementara Ivan merem melek sambil terus mengocok kontol Stefanus. Ivan tak menyangka Stefanus mau melakukan itu pada Ivan. “Kenapa Yud? Mau digituin juga?” tanya Darwin. Yuda menggeleng lemah. “Enak kok. Coba aja. Ali sini lo. Jilat nih pala kontol Yuda,” perintah Darwin pada Ali. Si ganteng Ali kemudian mendekati Yuda. Dengan tersenyum dipandanginya wajah Yuda. Sesaat kemudian kepalanya sudah menyusup ke selangkangan Yuda. Lidahnya tanpa permisi segera menjilati celah lobang kencing Yuda yang sudah basah oleh precum. “Ohh..,” desah Yuda tanpa sadar. Kepala kontolnya terasa hangat dan basah oleh lidah Ali. “Enak kan Yud?” bisik Darwin di telinganya. Kurang ajarnya lagi, Darwin menggelitik daun telinga Yuda dengan ujung lidahnya. Kontan saja cowok yang baru lulus SMU itu menggelinjang. Yuda pengen melawan, dan melepaskan dirinya dari kedua cowok itu. Namun saat ini ia benar-benar terangsang hebat. Tak pernah ia merasakan lidahnya dijilati seperti itu sebelumnya. Ditambah lagi dengan kocokan tangan Darwin pada batang kontolnya dan jilatan-jilatan Darwin pada telinganya. Tubuhnya menggeliat. Bulu kuduknya dirasakannya berdiri. Ia tak sanggup menahan gairahnya yang bangkit menggelora. Gairahnya mengalahkan akal sehatnya. Selama ini ia tak pernah merasa memiliki penyimpangan dalam orientasi seksual. Yuda tak pernah merasa terangsang secara seksual pada laki-laki. Saat melihat cowok-cowok itu hanya bercelana dalam saja ke kamar mandi ia tak merasa tertarik. Saat melihat cowok-cowqok itu mandi bareng telanjang bulat ia merasa jengah. Namun ternyata saat ini, ia terangsang hebat oleh perlakuan kedua cowok itu padanya. Kontolnya mengeras dan berdenyut-denyut dalam genggaman Darwin dan jilatan lidah Ali. Diantara rangsangan yang dialaminya, Yuda merasa bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Kedua cowok itu terus mengerjai Yuda. Sementara itu Ivan dan Stefanus malah semakin meningkatkan aktifitas mereka. Keduanya sudah telanjang bulat dan saling menjilat kontol temannya. Mereka melakukan 69 diatas karpet. Suara kecipak dari mulut mereka terdengar keras. Keduanya rupanya sedang asik melakukan seruputan batang kontol. Diselengkangannya, Ali semakin agresif memuluti batang kontol Yuda. Batang kontol Yuda asik dikulum dan dihisapnya. Darwin tak lagi melakukan kocokan pada kontolnya. Tangan cowok itu bergerilya meremas pahanya, sambil mulutnya asik menetek di dada Yuda yang sudah telanjang. Kaos yang dipakai oleh Yuda tadi sudah dilepaskan Darwin. Dan Yuda rela saja ditelanjangi oleh cowok ganteng itu. Kelakuan Ali semakin binal. Paha Yuda kini dikuaknya lebar-lebar. Mulut dan lidahnya menyerbu buah pelir Yuda. Dan yang lebih nakal lagi sesekali lidahnya menjilat dan menyedot celah pantat Yuda. Cowok Makassar itu benar-benar keenakan. Ia belum pernah ngentot dengan siapapun. Diperlakukan Ali seperti itu tentu saja membuatnya tergila-gila. Apa yang dilakukan Ali padanya tak dihiraukannya lagi. Termasuk saat cowok asal Magelang itu mulai menyodok-nyodok celah lobang pantatnya dengan jari. Saat Ali berkonsentrasi di daerah celah pantat dan buah pelir Yuda, Darwin menggantikan posisi Ali memuluti batang kontol Yuda. Cowok ganteng yang sangat jantan itu dengan lahap menghisap batang kontol Yuda. Tanpa ragu atau merasa jengah melakukannya pada makhluk yang sama-sama sejenis dengannya. Darwin sangat menikmati kontol Yuda yang besar dalam mulutnya. Saking seriusnya memuluti batang Yuda tak diperdulikannya lagi ludahnya yang sudah membanjir, meleleh dari batang besar itu.
Sembilan
“Van, entot gua dong,” tiba-tiba terdengar Stefanus ngomong dalam desahannya. Seperti tadi, Yuda kembali kaget. Tak disangkanya pergumulan para cowok ganteng dan jantan ini akan sampai ke sana juga. Dikiranya tadi para cowok ini hanya sekadar saling membantu mengeluarkan sperma dengan melakukan kocokan kontol atau melumat kontol temannya. Rupanya tak hanya itu. rupanya tempat kos para homo. Tempat para cowok bermain cinta dengan sejenisnya. Pantas saja dalam selebaran pengumuman kos mereka terdapat kata-kata dijamin bebas dari narkoba en pergaulan bebas mahasiswa-mahasiswi. Rupanya mereka melakukan pergaulan bebas tidak dengan mahasiswi disini. Tapi dengan sesama mahasiswa. Cowok bercinta dengan cowok. Tak perlu cewek disini. Lalu mengapa tadi mereka mengaku ngapel ke tempat ceweknya pada Yuda tadi? Apakah itu hanya sekadar kebohongan semata? Yuda tak tahu jawabnya. Yang pasti saat ini Yuda sedang menungging pasrah di lantai dengan bertumpu pada kedua tangan dan kakinya. Dibelakangnya Ali sibuk menjilati lobang pantatnya. Sementara dibawahnya Darwin terus menyelomoti batang kontolnya. Tepat dibawah muka Yuda, paha mulus dan berotot milik Darwin mengangkang lebar. Kontol besarnya berdiri tegak bergoyang-goyang. Berkali-kali Yuda melirik batang besar segeda timun itu. Ia merasa tergoda untuk merasakan batang itu dalam mulutnya. Namun perasaan jengahnya masih ada. Ia masih merasa aneh bila kontol milik cowok lain masuk ke dalam mulutnya. Akhirnya dibiarkannya saja kontol itu tetap mengacung tegak disana. Diantara merem meleknya ia masih sempat memandangi Ivan dan Stefanus yang kini sedang asik bersenggama melalui anus. Duduk diatas pangkuan Ivan yang juga duduk di sofa, dengan penuh semangat Stefanus menggoyangkan pantatnya naik turun dengan cepat dan keras. Mengeluar masukkan kontol Ivan yang sebesar terong dalam lobang pantatnya yang penuh bulu itu. Yuda benar-benar tak percaya, kontol Ivan yang sebesar terong itu bisa masuk seluruhnya dalam celah lobang pantat Stefanus yang sempit. Dalam pandangan Yuda, sepertinya Stefanus sangat menikmati entotan kontol Ivan dalam lobang pantatnya itu. Erangan-erangannya menunjukkan ia sangat keenakan saat Ivan yang memeluk pinggangnya dengan erat itu menggoyang-goyangkan pantatnya membalas goyangan Stefanus. Selangkangan Stefanus yang meski hitam namun mulus itu terlihat sangat kontras dengan batang kontol dan selangkangan Ivan, si Arab, yang putih mulus berbulu lebat itu. Racauan Stefanus dan Ivan diantara erangan mereka, menjawab pertanyaan Yuda tentang cowok-cowok itu. “Gimanah Vanhh. Enakhh.. sshhh…,” kata Stefanus. “Ouhh… enak banget. Ahhh… ahhhh..,” “Enak mana sama memek Fanny, cewek elo? Ohhh…,” “Enak ini dong… ahhh… lebih sempit. Lebih njepit…shhh… lebih keras cengkeramannyahhh.. ouhhhh… ada kontol ama pelernya lagihhh… ihhh… gue kocok nih kontol elohhh… ohhh..,” racau Ivan. Ternyata mereka ini bukan homo tulen rupanya. Penghuni ini rupanya rombongan cowok biseks, yang bisa menikmati memek cewek tapi lebih doyan silit cowok yang memang lebih menjepit dan memiliki kemampuan mencengkeram.